kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lampu aroma-terapi kian digemari penderita insomnia


Senin, 05 Desember 2011 / 15:47 WIB
Lampu aroma-terapi kian digemari penderita insomnia
ILUSTRASI. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri Pertemuan ke-20 Biro Politik Komite Sentral ke-7 Partai Buruh Korea di Pyongyang, Korea Utara, dalam foto tidak bertanggal yang disiarkan KCNA, Senin (16/11/2020).


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Produk lampu hias yang mengeluarkan aroma tertentu sebagai terapi tidur makin diminati konsumen, khususnya para penderita insomnia. Sebab, lampu yang terbuat dari kayu manis atau daun dan bunga kering ini dipercaya bisa menggugah rasa kantuk. Perajin lampu ini mampu menangguk omzet puluhan juta rupiah karena pesanan datang dari seluruh Indonesia.

Stres akibat kesibukan kerja nan padat yang diderita mayoritas penghuni kota-kota besar tentu meningkatkan kebutuhan produk pereda stres. Kini, untuk menghilangkan stres tak perlu berlama-lama di tempat hiburan, tetapi cukup duduk di bawah lampu hias beraroma terapi. Lampu ini kabarnya bisa memberi efek kenyamanan dan ketenangan.

Salah satu pembuat lampu hias ini adalah Damayanti asal Bogor, Jawa Barat. Wanita berusia 35 tahun ini menggunakan bahan dasar kulit kayu manis sebagai bahan lampu hias aroma terapinya.

Damayanti bilang, lampu hias buatannya diminati banyak orang karena mampu mengeluarkan bau harum khas aroma terapi, tanpa mengurangi fungsi lampu hias. "Kebanyakan konsumen saya mengaku menderita insomnia atau sulit tidur," ujarnya.

Nah, dengan menghirup aroma yang kulit kayu manis, urat-urat syaraf otak pun meregang dan menimbulkan rasa kantuk. Damayanti pun mengklaim, produk dengan merek Therapy Lamp, dalam sebulan bisa laku sebanyak 75 unit. Dengan rentang harga antara Rp 200.000 hingga Rp 500.000, Damayanti pun bisa menangguk omzet Rp 25 juta per bulan.

Ia telah memasarkan lampu ini hingga ke beberapa kota besar di Indonesia, mulai Medan hingga Surabaya. "Namun, konsumen terbanyak berasal dari Sumatra, seperti Medan dan Palembang," kata Damayanti. Ia juga menjual lampu ini dengan motif batik seharga Rp 1 juta.

Menurut Damayanti, cara pembuatan lampu hias dari kulit kayu manis tak terlalu sulit. Kulit kayu manis tinggal dipotong dan direkatkan dengan rangkaian kawat dan karton mika yang telah dibentuk sebelumnya. Semakin lama lampu dihidupkan, aroma kayu manis kian menyengat. Lampu ini pun mampu bertahan hingga bertahun-tahun.

Damayanti memperoleh pasokan kulit kayu manis dari pedagang di sekitar Bogor. "Setiap bulan saya mendapat pasokan 10 kg lembar kulit kayu manis," ujarnya.

Damayanti mengakui, aroma terapi yang muncul dari kayu manis mungkin tak disukai oleh semua orang. "Ada saja yang tidak suka dengan aromanya, tapi itu tergantung selera juga," ujarnya.

Produsen lampu aroma terapi lainnya ada di Surabaya. Menurut Mohamad Faisol, si pemilik usaha pembuatan lampu aroma terapi merek Hetric Lamp itu, menyatakan, permintaan lampu hias aroma terapi yang diproduksinya kian ramai. "Banyak konsumen mulai mencari lampu ini seiring informasi yang terus meluas," ujarnya.

Faisol sendiri mengaku, penjualannya kian meningkat setelah menggunakan metode penjualan via internet. "Dalam dua tahun belakangan, permintaan naik 25%," ujar pria yang sudah empat tahun bergelut di bisnis ini.

Berbeda dengan Damayanti yang memanfaatkan kayu manis, Faisol menggunakan daun dan bunga kering sebagai bahan baku lampu hias aroma terapinya. Bahan-bahan ini digunakan sebagai pelapis di sekitar bolham lampu hias. Panas dari listrik membuat aroma bisa menyebar luas.

Faisol sendiri membanderol lampu ini mulai Rp 250.000 hingga Rp 500.000 sesuai ukuran lampu. Produknya ini sudah dipasarkan hampir di seluruh pulau Jawa dengan omzet mencapai Rp 20 juta sebulan

Menurut Faisol, bisnis lampu hias aroma terapi memiliki prospek bagus di masa mendatang. Selain kebutuhan lampu ini masih tinggi, perajinnya juga belum banyak. "Asalkan, perajin tak berhenti berinovasi untuk memberikan beragam aroma," ujar Faisol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×