Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi
Kian banyak orang akrab dengan hewan kesayangan. Belanja pernak-pernik kebutuhan binatang piaraan kesayangan telah jadi agenda wajib. Ini membuka peluang bagi produsen aksesori binatang untuk mengembangkan bisnis. Tertarik?
Namanya juga binatang kesayangan, pasti sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga sendiri. Karena itu, sang empunya selalu berusaha membuat si binatang kesayangan itu terlihat bersih, sehat, dan lucu.
Bukan cuma diberi makanan khusus dan rajin dibawa ke salon untuk perawatan, si piaraan juga dipercantik dengan aneka aksesori, pakaian, sepatu, topi, celana, atau pita penghias kepala. Para pemilik binatang seperti anjing atau kucing lazim memperlakukan piaraannya bak anak kecil yang wajib didandani. Tak heran pula, si pemilik tak segan merogoh kocek dalam sekadar membeli aksesori agar si meong dan si guguk tampil menawan.
Kecintaan pada binatang bukan tren yang sesaat, seperti tren hobi tanaman mahal. Sejak tahun 1990-an, pencinta binatang masih eksis dan berkembang semakin banyak hingga sekarang. Klub atau komunitas pencinta binatang pun semakin banyak. Bukan hanya di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, tapi juga di kota lain seperti Medan dan Yogyakarta. Gathering pencinta binatang pun kian sering dilakukan.
Tren yang stabil dan cenderung berkembang ini ternyata membawa hoki bagi pelaku usaha seputar binatang. Misalnya, usaha aksesori untuk binatang kesayangan. Salah satu pelaku usaha aksesori binatang adalah Butik Doggy yang dibuka pada Oktober 2008. Semula, saban bulan toko ini hanya bisa menjual beberapa potong baju anjing. Tapi, pelan namun pasti, permintaan kian tumbuh.
Tahun 2009 setiap bulan Butik Doggy rata-rata bisa menjual 500 potong pakaian anjing. “Sekarang minimal 100 lusin pakaian per bulan,” kata Augustine Sally, pemilik Butik Doggy, yang berpusat di Jawa Barat ini. Dengan kisaran harga Rp 30.000 - Rp 125.000 per potong, omzet yang diperoleh antara Rp 36 juta - Rp 150 juta per bulan.
Pemilik Canine’s Beauty Winny Zhang mengatakan, meski persaingan bisnis aksesori cukup ketat, peluang menjajal usaha ini tetap terbuka. “Aksesori yang kita jual jangan pasaran. Pet shop mulai banyak dan aksesori yang mereka jual beragam. Jadi, kita mesti berkreasi supaya produk yang kita jual lain daripada yang lain,” pesan Winny, yang baru menjalankan usaha aksesori anjing selama lima bulan terakhir di Medan.
Winny memilih menjual aksesori anjing yang spesifik, yakni pita anjing. Ia membagi dagangan ini dalam tiga varian: ribbon, bow, dan collar. Ribbon dan bow meski sekilas sama tapi bahan yang digunakan berbeda. Bow terbuat dari kain yang lebih keras ketimbang ribbon. “Asal barang lucu dan unik, pasti ada yang tertarik,” kata Winny yang mengaku kebanyakan konsumennya dari Medan dan sekitarnya. Aksesori yang dia tawarkan mulai harga seharga Rp 20.000 - Rp 125.000. Keuntungan dari usaha semacam ini lumayan besar, lo, antara 20% - 40%.
Rajin memantau tren
Meski hanya sebuah aksesori untuk binatang, bukan berarti tidak ada tren yang harus diikuti. Bila ingin menjalankan usaha ini, Anda harus rajin memantau tren model atau warna aksesori untuk binatang. Sebagai acuan, Anda bisa mencari informasi di internet. Seperti kita tahu, urusan aksesori adalah urusan mendesain. Jadi, untuk menjalankan usaha ini paling tidak Anda memiliki ketertarikan mendesain. Ini penting supaya aksesori yang dijual tidak monoton dan membosankan.
Sally mengingatkan, desain untuk pakaian anjing atau kucing harus dipelajari betul karena polanya berbeda dengan pakaian manusia. “Jadi, ya, memang harus punya kemampuan mendesain dulu,” kata dia. Karena jenis anjing cukup banyak, sedikit banyak Anda harus tahu jenis-jenisnya sehingga bisa jadi gambaran bila ada pesanan.
Untuk model pakaian, idenya bisa berasal dari mana saja, misalnya dari pakaian anak atau dari model-model yang ditawarkan produsen pakaian binatang dari luar negeri. Kalau memang tidak punya kemampuan mendesain, Anda bisa hanya menjadi reseller seperti yang dilakukan Hendri, pemilik gerai online Doggielikes.
Lebih irit jualan online
Hendri hanya memasarkan pakaian dan tas anjing merek Dobaz. Merek ini cukup terkenal di kalangan pencinta anjing. Produknya sudah banyak terjual di Eropa, Australia, Jepang, Rusia, Siangapura, Taiwan, Hong Kong, dan Malaysia. “Saya pilih jadi reseller karena tidak perlu repot memikirkan bagaimana mendesain atau membuatnya. Cukup pasang gambar di website, ada pesanan tinggal order, ” kata Hendri, yang bisa menjual 20 - 30 potong pakaian anjing per bulan. Harga yang dia tawarkan mulai Rp 115.000 - Rp 160.000 per potong. Namun, untuk menjadi reseller seperti Hendri, Anda akan dikenai ketentuan minimum pembelian.
Nah, untuk usaha semacam ini Anda bisa memanfaatkan media online atau internet sebagai gerai. Winny menceritakan, dengan media online, bisnis bisa dipantau di mana saja sembari kuliah, seperti yang dia lakukan. “Kalau memang modal tak besar, lebih baik online saja. Lebih mudah,” katanya.
Kalau Anda langsung buka toko offline, modal yang diperlukan sangat besar. Sebab barang yang Anda jual haruslah lebih lengkap. selain itu, juga ada biaya sewa lokasi, renovasi, dan pembelian peralatan. Paling sedikit harus siap dana Rp 75 juta. “Tapi, kalau toko online, cukup pajang gambar saja di website. Modal awal saya cuma Rp 10 juta,” kata Sally. Modal itu untuk membeli bahan baku, seperti kain, benang, aksesori tambahan, plus untuk membeli dua mesin jahit bekas. Layaknya berbisnis online, Anda harus punya komputer yang berakses internet.
Sally mengatakan, dia belum berniat membuka gerai riil karena takut merugikan para konsumennya yang memang pedagang. “Jualan lewat online bisa lancar asal rajin memperbarui informasi di website. Harga, dan kualitas mesti benar-benar terjaga,” katanya.
Dengan menggunakan media internet, jangkauan pemasaran bisnis pun bisa lebih luas. Tidak terbatas di satu wilayah, Anda juga mengirim barang ke daerah lain. Selain itu, rata-rata pencinta binatang adalah kalangan menengah atas yang sudah mengandalkan internet sebagai media informasi utama.
Bahan baku untuk membuat baju anjing sangat mudah ditemukan di Mangga Dua. “Belanja bahan tiga bulan sekali. Besarnya tidak menentu,” tutur Sally. Belanja kemasan Rp 1 juta per bulan. Biaya listrik per bulan Rp 750.000 - Rp 2 juta, tergantung produksi. Butik Doggy saat ini mempekerjakan sekitar
12 karyawan yang digaji sekitar Rp 1,1 juta per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News