kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengalkulasi peluang kemitraan Burger Maesaroh


Kamis, 13 Maret 2014 / 16:24 WIB
Mengalkulasi peluang kemitraan Burger Maesaroh
ILUSTRASI. Jangan Kudet, Berikut ini Cara Update WhatsApp Versi Terbaru di HP Android & iPhone


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri

Peluang bisnis burger belum surut. Meski bukan makanan asli Indonesia, namun burger sudah cukup populer di lidah masyarakat kita. Tak heran, banyak pelaku usaha yang menjajal peruntungan dari usaha jenis makanan ini.

Salah satunya adalah Dwinanto, pemilik Maesaroh Burger. Ia mendirikan usaha ini pada akhir 2012 di Bekasi, Jawa Barat. Maesaroh Burger memiliki beberapa varian menu, di antaranya, beef burger, sarden, abon dan burger ayam. "Perbedaannya, roti burger yang kita tawarkan memiliki ukuran lebih besar," klaim pria yang akrab disapa Anto tersebut.

Anto menjual produknya mulai dari harga Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per buah. Harga jual tergantung isi burger dan ukuran roti burger. Lantaran ingin mengembangkan usaha, ia membuka tawaran kemitraan sejak tahun 2013.

Saat ini, Anto sudah memiliki lima gerai. Satu gerai milik sendiri dan empat gerai lainnya milik mitra. Gerai mitra itu tersebar di Bekasi, Jakarta, Depok dan Bogor.

Dalam tawaran kemitraan ini, Anto membuka paket investasi senilai Rp 5 juta. Dengan jumlah investasi sebesar itu, mitra berhak mendapatkan fasilitas gerobak atau booth, peralatan masak, bahan baku awal serta pelatihan karyawan selama satu hari.

Mengacu pada gerai yang telah beroperasi, rata-rata penjualan bisa mencapai sekitar 20 sampai 30 burger per hari. Dengan perhitungan itu, mitra diperkirakan bisa meraup omzet sebesar Rp 6,3 juta hingga Rp 9 juta setiap bulannya.

Setelah dikurangi biaya operasional seperti sewa tempat per bulan, biaya bahan bahan baku, transportasi dan gaji pegawai, mitra masih bisa meraup laba bersih sekitar 45% dari omzet.

Dengan laba sebesar itu, Anto memproyeksikan, mitra bisa mencapai titik impas dalam jangka waktu sekitar dua hingga tiga bulan sejak beroperasi.

Agar target itu tercapai, ia menyarankan mitra memilih lokasi berjualan di dalam pusat perbelanjaan, seperti foodcourt mal. Dengan buka di mal, peluang menjaring pembeli lebih banyak terbuka lebar.

Kerjasama ini tanpa pungutan royalti. Namun, pusat mewajibkan mitra membeli bahan baku dari pusat, berupa bumbu rasa, roti burger, mayones, daging sapi dan ayam. Ini bertujuan agar standar rasa burger terjaga. "Karena bumbu dasar dan yang lainnya khusus diolah di pusat saja," ujarnya.

Tahun ini Anto tidak menargetkan penambahan jumlah mitra baru. "Yang jelas saya berharap usaha saya bisa berkembang lebih besar," ujar dia.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×