kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.398.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.726   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.370   -1,56   -0,02%
  • KOMPAS100 1.159   1,71   0,15%
  • LQ45 844   2,78   0,33%
  • ISSI 293   0,51   0,17%
  • IDX30 443   1,88   0,43%
  • IDXHIDIV20 509   1,38   0,27%
  • IDX80 131   0,22   0,17%
  • IDXV30 136   -1,02   -0,74%
  • IDXQ30 140   0,57   0,41%

Menjaring Fulus dari Hamparan Limbah Sisik Ikan


Sabtu, 15 November 2025 / 07:15 WIB
Menjaring Fulus dari Hamparan Limbah Sisik Ikan
Dalam sebulan, Seha membuat sekitar 250 kemasan kolagen murni dan sekitar 500 kemasan kolagen Shaany dengan berbagai rasa, yang dibanderol Rp 65.000 per buah. (KONTAN/Hendrika Yunapritta)


Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - PROBOLINGGO. Siapa sangka limbah bisa disulap menjadi produk bernilai. Inilah yang dilakoni Siti Nur Seha yang menekuni pembuatan kolagen dari limbah sisik ikan. 

Kisah ini berawal tatkala dirinya menjalani magang di Badan Atom Nasional saat masih berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Airlangga di 2017.

"Awalnya ingin meneliti limbah kulit kerang, ternyata banyak limbah sisik ikan terbuang di Muara Angke, Jakarta," kenangnya di rumah produksi yang berlokasi di Desa Bimo, Kecamatan Pakuniran, Probolinggo, belum lama ini.

Seha lantas mengumpulkan limbah itu dan menemukan bahwa sisik ikan bisa diolah menjadi kolagen.

Baca Juga: Permen Jahe yang Tembus Pasar Global

Melalui penelitian yang cukup panjang, tahun 2020 barulah ia mewujudkan produknya berupa minuman serbuk kolagen murni, bermerek Shaany. Kolagen merupakan protein utama penyusun tulang dan kuku. 

Seha menawarkan produknya seharga Rp 189.000 per kemasan 120 gram. Pasarnya adalah mereka yang peduli dengan kesehatan.

"Pembelinya kebanyakan orang dari Jakarta, Bali, Surabaya," jelas Seha. 

Baca Juga: Menyulap Limbah Jadi Fesyen Bernilai

Dalam sebulan, dia membuat sekitar 250 kemasan kolagen murni dan sekitar 500 kemasan kolagen dengan berbagai rasa, yang dibanderol Rp 65.000 per buah.

Hasil tesebut tidak terlepas dari usahanya yang saat kuliah gemar ikut lomba di berbagai daerah. Kerap menang, dirinya mengumpulkan hadiah untuk penelitian kolagen. Sayang, hingga lulus, produk kolagen yang diinginkannya belum terwujud.  

Untunglah orang tua Seha yang bekerja sebagai tukang bangunan merelakan sepeda motornya dijual untuk modal riset produk kolagen di rumahnya. Dapur rumah pun ia sulap jadi laboratorium.

Baca Juga: Mendorong Bisnis Berkelanjutan, Lima Startup Ini Ikuti Program Akselerasi Grab

Hasilnya ternyata positif. Dirinya sudah bisa menyempurnakan produk kolagen yang bisa dijual ke pasar.

Hasil itu mengantarkan Seha bergabung dalam usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) binaan Paiton Energy. Dia mendapat bantuan untuk mendirikan rumah produksi di belakang rumahnya, senilai sekitar Rp 250 juta.

Hasilnya, Seha sudah bisa membuat kolagen dari sisik ikan. Klaimnya produk kolagen racikannya adalah kolagen murni. Apalagi sisik ikan penghasil kolagen terbesar di tubuh.

Seha sudah mengurus izin BPOM dan sertifikasi HACCP untuk pasar internasional bagi produknya. 

Pasar yang Seha bidik, kebetulan memang menginginkan produk kolagen murni. Saat mengikuti pameran di Bali, kolagen murni itulah yang cepat ludes, kendati harganya lebih mahal.

Maka, ia berencana menambah kapasitas produksi hingga 1.000 pak untuk kolagen murni untuk menyambut Harbolnas di akhir tahun nanti. 

Yuswohady, Managing Partner Inventure, sarankan agar Seha mengemas produk kolagen dengan apik, lantaran target pasar produk ini menengah atas.

Selanjutnya: Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing

Menarik Dibaca: 7 Drakor Office Romance Terbaru dan Paling Romantis, Ada Dynamite Kiss

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×