kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.350.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Menyulap Limbah Jadi Fesyen Bernilai


Sabtu, 25 Oktober 2025 / 07:20 WIB
Menyulap Limbah Jadi Fesyen Bernilai
ILUSTRASI. Peragaan busana kreasi Fuguku yang berasal dari bahan limbah plastik.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Siapa sangka limbah bisa menjadi produk fesyen inovatif. Inilah yang Savina Lavinia lakoni saat membangun usaha fesyen tas dan pakaian berlabel Fuguku yang punya tekstur berduri di setiap produknya.

Fuguku berdiri 2022. Kemunculannya tak lepas saat Savina menjalani magang dengan desainer avant-garde asal Belanda Iris Van Herpen. Darinya, dia belajar bagaimana kain bisa dimanipulasi menjadi bentuk tiga dimensi tanpa kehilangan fungsi pakai. 

"Pengalaman membuat saya ingin memadukan teknik futuristik dengan kerajinan tradisional Indonesia," katanya kepada KONTAN belum lama ini.

Eksperimen itulah yang kemudian melahirkan identitas khas Fuguku: permainan bentuk tiga dimensi lewat teknik jumputan yang dia kembangkan secara mandiri. Ia menyebut pendekatannya sebagai cara ilmiah untuk mendefinisikan ulang pakaian sehari-hari.

Baca Juga: Jadi Lokomotif Brand Fesyen Lokal

Tak heran, saat memulai usaha, produk perdana Savina berupa tas Fugu Bag, produk berduri dengan tampilan mengembang, langsung menarik perhatian publik.

Popularitasnya melonjak cepat, terutama di kalangan pecinta mode Jakarta. Pasar domestik melihat tas Fuguku sebagai produk yang lucu dan estetis, di saat yang sama juga unik karena teksturnya belum pernah ada di pasaran.

Namun, kendala datang. Akhir 2024, merek ini diterpa tuduhan meniru desain merek Jepang Bunzaburo. Secara terbuka, Savina mengakui, Bunzaburo sebagai inspirasinya. Beruntung, dia malah mendapat dukungan dari pemilik Bunzaburo yang tidak mematenkan produknya.  

Momentum itu lantas jadi kesempatan Sabina untuk menjelaskan nilai Fuguku. Yakni, inovasi teknik dan pemberdayaan sosial.

Baca Juga: Merajut Cuan dari Fesyen Tenunan

Sebab, produk Fuguku berasal dari poliester daur ulang botol PET dan plastik sisa di tempat pembuangan sampah akhir. Toh, produk Fuguku sudah tersertifikasi Global Recycled Standard. 

Semua produk Fuguku dikerjakan oleh lebih dari 70 perajin perempuan di Jakarta dan sekitarnya. Sebanyak 90% di antaranya berasal dari komunitas rentan, seperti ibu rumahtangga, penyandang disabilitas, hingga penyintas penyakit stroke.

Tak heran, dalam waktu singkat, merek ini menembus pasar internasional.

Fuguku tampil di Coterie New York dan Première Classe Paris pada 2024, serta menjadi bagian dari Indonesia Pavilion di World Expo Osaka 2025. Hasilnya,  Fuguku mengantongi 35 prospek pembeli dari 15 negara. Selain itu, Fuguku juga pernah berkolaborasi dengan Batik Trusmi serta produk Juice Bar.

Melihat hasil itu, Fuguku mulai memperluas produk. Tahun ini, mereka meluncurkan koleksi Way of Water,  terdiri 15 set pakaian dan 30 tas bertema lautan kosmik. Produk ini dijual mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Berikutnya, Savina berencana mengoptimalkan produksi  Fuguku untuk melebarkan pasar.

Selanjutnya: Target Perbaikan Coretax Rampung di Awal Tahun

Menarik Dibaca: Redmi K90 Pro Max Akan Segera Meluncur, Bawa Fitur Unggulan Apa Saja? Cek di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×