Reporter: Mona Tobing, Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Tahu menjadi makanan favorit. Kini, para pengusaha camilan berbahan tahu pun mengemasnya dengan beragam rasa. Tahu Ikan Tuna menambahkan ikan tuna untuk menambah cita rasa. Sedangkan, Tahupop memberi taburan rasa di tahu untuk memikat pelanggan anak muda.
Tahu telah menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Meskipun terkesan murah, makanan yang terbuat dari kacang kedelai ini digemari berbagai kalangan.
Bahkan, saat ini, konsumsi tahu terbilang tinggi. Maklum, selain punya kandungan protein nabati yang tinggi, harga tahu juga masih murah.
Karena punya banyak penggemar inilah, tahu pun mulai diolah menjadi camilan. Para pengusaha makanan yang menggunakan bahan dasar tahu menciptakan berbagai macam rasa tahu yang tidak hanya enak, tapi juga bergizi.
Pada tulisan di bawah ini, KONTAN mencoba mengulas dua kemitraan camilan yang menggunakan bahan tahu.
• Tahu Ikan Tuna
Pemilik Tahu Ikan Tuna menyadari perlunya ada perbedaan produknya untuk bisa menarik pasar. "Perbedaan rasa akan membuat tahu saya memiliki ciri khas," kata Aditya Roby, pemilik kemitraan Tahu Ikan Tuna.
Karena itu, Aditya meramu rasa tahu dengan tambahan ikan tuna dengan racikan bumbu dan tepung agar tahunya terasa gurih dan enak. "Para pembeli tahu tidak hanya mengenal tahu buatan saya terasa enak tapi juga sarat akan gizi karena mengandung ikan tuna," ungkap Aditya.
Selama ini, ia tak pernah kesulitan memperoleh stok ikan tuna. "Saya bekerja sama dengan teman untuk mendatangkan ikan tuna," jelas Adit.
Meski harga camilan asal Ponorogo ini lebih mahal dibandingkan dengan harga tahu biasa, tetap menjadi pilihan karena kandungan gizi yang tinggi. Aditya yang telah menawarkan kemitraan Tahu Ikan Tuna sejak setahun lalu, kini telah memiliki 18 mitra. Para mitra itu tersebar di Pulau Jawa, Jambi dan Kalimantan.
Mitra yang bergabung dengan Tahu Ikan Tuna tertarik karena rasa tahu yang berbeda. "Mitra kami yakin mampu bersaing dengan para penjual tahu yang lain," jelas Aditya.
Selain itu, nilai investasi kemitraan ini cukup murah. Aditya mematok nilai investasi Tahu Ikan Tuna sebesar Rp 2,5 juta. Ia tak mengutip biaya royalti pada calon mitra. "Mereka cukup membeli bahan baku ke pusat setiap minggu, dengan nominal besar Rp 1,5 juta hingga 2 juta," ujarnya.
Dari dapurnya, Aditnya mengirimkan bahan baku per paket sebanyak 300 bungkus. Jumlah ini untuk menghindari bahan baku tak cepat basi, mengingat Aditya tak memakai pengawet.
Calon mitra harus menyiapkan dana sebesar Rp 5 juta. Mereka akan mendapatkan satu unit gerai atau gerobak, satu set kompor gas, satu tungku dan tabung gas tiga kilogram.
Selain itu, mitra juga mendapatkan satu set alat penggorengan dan paket promosi usaha. Nilai ini, tentu sudah termasuk bahan baku sebanyak 300 bungkus.
Dengan asumsi penjualan Tahu Ikan Tuna sebanyak 50 porsi sehari, dengan harga jual Rp 5.500 hingga Rp 6.000 per porsi, maka mitra bisa meraup omzet Rp 300.000 per hari. Dengan hitungan ini, mitra hanya butuh waktu dua hingga bulan untuk mengembalikan modalnya.
Karena tidak mematok royalti kemitraan, mitra hanya perlu membeli bahan baku sesuai dengan kebutuhan mereka. Setiap bulannya, paket pembelian bahan bakunya mulai dari Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Aditya pun memaparkan perhitungan, pengeluaran mitra tiap bulan mencapai Rp 7 juta tiap bulan. Rinciannya, pembelian bahan baku Rp 5 juta, gaji pegawai Rp 1 juta dan sewa tempat Rp 1 juta. Dari sini, mitra bisa memperoleh laba sekitar Rp 2 juta setiap bulan.
• Tahupop
Menyasar pangsa anak muda sebagai pembelinya, Tahupop menyajikan camilan gaul dan modern. Pemilik Tahupop, Andri Juanda menuturkan, keinginannya untuk mempopulerkan tahu sumedang dengan beragam rasa menjadi tujuan utamanya. "Agar para konsumen tidak merasa jenuh," ujarnya.
Tahupop menyediakan tahu berbagai rasa, mulai dari rasa barbeque, keju, sambal balado, udang pedas, jagung pedas, ayam bawang, kari ayam, rendang sapi, sapi lada hitam dan pizza.
Meski telah berdiri sejak tahun 2009, pemilik Tahupop baru menawarkan konsep kemitraan enam bulan lalu. Hingga saat ini, Tahupop sudah memiliki 27 mitra yang tersebar di Bandung, Jatinangor, Garut, Majalengka, Sumedang dan Tangerang.
Tahu Pop menawarkan kerjasama untuk jangka waktu tiga tahun dengan investasi awal Rp 6 juta. Mitra akan memperoleh satu unit outlet, satu set perlengkapan outlet, bahan baku awal, seragam, pelatihan karyawan, manual book dan paket promosi usaha.
Mitra bisa mematok harga jual Rp 5.000 per kotaknya. Bila mitra bisa menjual sekitar 1.500 kotak setiap bulan, maka perkiraan omzet rata-rata per bulan mencapai Rp 7,5 juta hingga Rp 8 juta.
Sedangkan, untuk perhitungannya pengeluaran setiap bulan, Andri memperkirakan biaya bahan baku sebesar Rp 3,5 juta. Bahan baku tersebut termasuk sari kedelai untuk tahu dan minyak goreng. Kemudian, gaji karyawan sebesar Rp 1 juta dan sewa tempat Rp 1 juta. Ditambah dengan biaya manajemen quality control sebesar Rp 375.000.
Total hitungan pendapatan bersih Rp 2 hingga Rp 2,25 juta per bulan. Sehingga mitra hanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk mengembalikan modalnya.
Menjamurnya waralaba tahu saat ini memang telah menjadikan usaha tahu sebagai lahan bisnis baru dan layak untuk dicoba. Selain karena nilai investasinya yang tidak terlalu besar, balik modalnya terbilang cepat.
Namun, belum tentu usaha tahu akan langgeng. "Keunikan tahu hanya dirasakan sesaat saja belum lagi jika pemasaran yang dilakukan kurang bagus," kata Erwin Halim, Pengamat Waralaba dari Proverb Consulting.
Agar tak menjadi bisnis sesaat, perlu ada inovasi baru rasa dan strategi pemasaran yang bagus. "Karena bukannya tidak mungkin tahu bisa sepopuler makanan olahan lain seperti singkong" sambung Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News