Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi
Kain flanel kini banyak digunakan sebagai bahan pembuat suvenir. Tak hanya boneka, bentuk lain seperti bingkai foto dan ikat rambut bisa dibuat dari bahan ini. Karena unik dan menarik, kerajinan dari flanel kian diminati. Salah satu perajinnya di Solo meraup omzet Rp 15 juta setiap bulan.
Kain flanel dulu dipandang sebelah mata sebagai bahan pakaian. Tapi, kini kerajinan dari kain flanel kian berkembang. Banyak kerajinan tangan yang bisa dihasilkan dari kain jenis ini.
Misalnya boneka, ikat rambut, dan bingkai foto. Selain itu, salah satu produk kerajinan kain flanel yang saat ini digemari adalah bros dan magnet pintu kulkas.
Eka Dewi, seorang produsen suvenir dari bahan flanel di Solo, Jawa Tengah, bilang, saat ini produk suvenir dari bahan kain flanel banyak dicari. Selain digunakan sendiri, kerajinan ini bisa juga dijadikan suvenir acara pernikahan.
Dalam sebulan, Eka menjual minimal 500 buah produk berbahan flanel. Mulai dari bros, gantungan kunci, dan magnet. Tidak hanya dari Solo, permintaan datang dari Jakarta hingga kota-kota di Sumatra.
Eka menjual produknya dengan harga Rp 1.500 hingga Rp 4.000 per unit. Harga tersebut mengacu pada ukuran dan tingkat kerumitan bentuk. Untuk suvenir pernikahan, dia menjualnya lebih murah, yaitu sekitar
Rp 2.500. "Total pendapatan sebulan bisa mencapai Rp 15 juta," imbuhnya.
Wenni Nurfi, pemilik toko Wennies Flanel di Yogyakarta, mengatakan biasanya produsen suvenir kain flanel akan mengalami peningkatan penjualan saat liburan sekolah dan musim hujan.
Mengapa musim hujan? Dia menjelaskan, pada musim itulah banyak orang yang menggelar pernikahan sehingga pesanan pernik untuk suvenir meningkat.
Saat musim seperti itu, penjualan Wenni akan meningkat dari biasanya 500 buah suvenir flanel menjadi 800 buah sebulan. Bahkan, hingga pertengahan bulan ini pesanannya sudah mencapai 300 buah. Wenni menjual suvenir dari kain flanel jenis gantungan kunci dan magnet dengan harga Rp 1.500-Rp 2.000 per buah.
Lantaran setiap bulan permintaan bentuk suvenir berubah-ubah, maka kapasitas produksi workshop Wennies Flanel juga berubah. "Yang paling rumit jika bentuknya tidak bisa dijahit dengan satu pola," ujar dia. Seperti gajah, yang kepala dan badannya harus dijahit secara terpisah. Lain halnya jika suvenir berbentuk bunga, yang bisa dikerjakan langsung dengan satu pola, sehingga proses pengerjaannya lebih cepat.
Bisnis suvenir dari kain flanel yang cukup menjanjikan ini juga menarik minat Atik Savitri. Sudah setahun ini, mahasiswi Universitas Airlangga, Surabaya ini membuat kerajinan dari kain flanel ini.
Meski terbilang baru, Atik sudah mampu menjual berbagai produk kain flanel hingga ke luar Surabaya. Seperti Jakarta, Batam, Yogyakarta, hingga kota-kota lain di Kalimantan. "Semua kerajinan dari kain flanel saya bisa kerjakan," katanya, berpromosi.
Untuk ouvenir berupa bros, Atik menjualnya dengan harga Rp 1.800 per unit. Dalam sebulan, dia bisa menjual hingga 250 buah bros. "Kalau pesanan di atas 50 pieces, biasanya saya minta batuan teman-teman di kampus," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News