kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan safety shoes lokal makin nendang


Senin, 18 Oktober 2010 / 12:07 WIB
Permintaan safety shoes lokal makin nendang
ILUSTRASI. Uang yuan China


Reporter: Raymond Reynaldi | Editor: Tri Adi

Tak kalah dengan produk impor, kini pemilik pabrik atau proyek ikut melirik sepatu pengaman atau safety shoes produksi dalam negeri. Selain harga lebih murah, produsen lokal telah merilis produk berkualitas yang mampu bersaing dengan produk asing. Bahkan, mereka ingin mengembangkan produk yang dapat diserap oleh masyarakat umum.

Untuk mengurangi berbagai risiko saat bekerja di pabrik atau lokasi proyek, banyak pemilik pabrik yang mewajibkan para pekerjanya memakai sepatu khusus industri atau safety shoes. Dengan menggunakan sepatu ini, risiko kaki cedera ketika bekerja di lokasi pabrik bisa diminimalisir.

Ada beberapa merek terkenal safety shoes, seperti Caterpillar atau Kings, yang telah membanjiri pasar domestik. Sayangnya, banderol harga merek-merek terkenal masih cukup tinggi.

Padahal, potensi pasar sepatu jenis ini cukup tinggi. "Permintaan dari pelaku industri tak pernah surut," ujar Andri Topan, pemilik merek Topan Safety Shoes.

Tak heran, para produsen lokal pun menangkap peluang pasar itu. Apalagi ada celah untuk menyediakan safety shoes dengan harga miring.

Kini, produsen sepatu lokal juga mengembangkan produk sepatu pengaman yang berkualitas. Mereka menawarkan harga yang jauh lebih rendah dari sepatu impor.

Mayoritas produsen yang masih mengandalkan pembuatan secara hand made ini menawarkan harga antara Rp 125.000 sampai Rp 155.000 per pasang. Dari penjualan sepatu itu, mereka bisa meraup keuntungan bersih 20% hingga 25% dari nilai omzet bulanan.

Salah satu produsen sepatu pengaman ini adalah Mochammad Mahrus. Produsen yang berlokasi di Surabaya ini mengaku, telah lama menggeluti bisnis pembuatan sepatu pengaman. Hanya saja, dia baru menggunakan merek sendiri sejak bulan Agustus tahun ini.

Merek yang diusung oleh Mahrus adalah Wreckers Safety Shoes. Meski baru seumur jagung, ia telah menuai banyak pesanan dari perusahaan kelas menengah yang terletak di beberapa daerah. Di antaranya, dari Palembang, Surabaya, Pangkalan Bun, Samarinda, serta Merauke.

Meski produknya laris, Mahrus tak berpuas diri. Pasalnya, pengembangan model sepatu tak pernah berhenti. Selain itu, ia menyadari perlunya peningkatan standar kualitas produk safety shoes Wreckers. Sehingga lebih mudah diserap pasar.

Tiap hari, Mahruf dengan enam pekerjanya, mampu memproduksi sebanyak 50 hingga 75 pasang sepatu. Sedangkan saban bulan ia menghabiskan bahan kulit sapi hingga 3.750 kaki. "Itu dihitung dari kebutuhan bahan kulit tiap pasang sepatu antara 2,5 kaki sampai 3,5 kaki," ujarnya.

Dengan menjual sebanyak 2.500 pasang sepatu setiap bulannya, Andri bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 500 juta hingga Rp 600 juta. Maklum, beberapa perusahaan sudah menjadi pelanggan tetapnya. Mereka memesan sepatu setiap enam bulan sekali. "Karena siklusnya seperti itu. Masa penggunaan sepatu untuk keperluan pabrik cenderung cepat," imbuhnya.

Andri menjual sepatu pengaman ini dengan kisaran harga Rp 125.000 hingga Rp 155.000 per pasang. Dari sekitar 32 model yang ditawarkan, lanjut dia, sepatu pengaman tinggi atau boot menjadi model favorit. tiap bulan, 23 pekerja Topan Safety Shoes yang berlokasi di Bandung itu, menghabiskan sekitar 6.000 sampai 7.000 kaki kulit kerbau sebagai bahan pembuatan sepatu. "Kulit kerbau saya datangkan dari wilayah Jawa Barat," paparnya.

Rencananya, Andri juga ingin memperluas pangsa pasar lewat pengembangan model sepatu pengaman. Ia ingin memberi sentuhan desain layaknya sepatu kasual yang dapat diterima masyarakat luas. "Ada beberapa sepatu model baru yang akan keluar yang cenderung menyasar ke anak muda," kata dia. Jadi, target pasarnya tidak terbatas pada industri saja.

Kini, mayoritas konsumen sepatu Topan Safety Shoes merupakan perusahaan atau pemilik pabrik yang tersebar di Jakarta, Bandung, dan Pekanbaru. "Kalau ritel selain di Jakarta dan Bandung, saya juga memasukkan produk di Pekanbaru," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×