CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -16.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Merancang Fulus dari Fesyen Batik Modern


Sabtu, 22 November 2025 / 07:15 WIB
Merancang Fulus dari Fesyen Batik Modern
ILUSTRASI. CEO Rianty Batik, Aditya Suryadinata. Geber 20 Gerai dan Full Produksi, Omzet Rianty Batik Tembus Rp 2 Miliar Lebih. Kontan/Arif Ferdianto


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak pelaku usaha batik memproduksi fesyen berciri khas Indonesia. Rianty Batik, yang berbasis di Yogyakarta adalah salah satunya. Produk fesyennya kini berhasil melenggang di catwalk kota metropolitan New York.

Namun mengantarkan batiknya mencapai New York, Rianty Batik mesti melewati jalan berliku. Chief Executive Officer (CEO) Rianty Batik, Aditya Suryadinata mengisahkan, awalnya ia hanya bertindak sebagai penjual batik saja, bisnis warisan dari kedua orang tuanya. 

Namun berkembangnya produk batik dengan aneka motif dan produk, ia mulai melakukan transformasi bisnis dengan merancang dan memproduksi produk batik mandiri.

Agar bisa bersaing dengan produk sejenis, Aditya memutuskan membuat fesyen batik modern. Artinya, produk batik besutannya adalah yang bisa dipakai untuk acara apa saja dan dimana saja. Mulai dari aktivitas bekerja, atau untuk hang out bersama kolega hingga pesta. 

"Dulu orang tua itu bisnisnya ya cuma trading. Pada saat saya suruh bantu, kami mulai memikirkan branding, marketing. Selain itu kami patenkan. Sampai akhirnya dari semula hanya trading (batik) langsung mulai melakukan produksi batik," ujarnya saat ditemui KONTAN di Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Menjaring Fulus dari Hamparan Limbah Sisik Ikan

Alhasil, Aditya menjalani bisnis usaha batik secara penuh. Mulai dari proses desain, pemilihan kain batik, produksi model, hingga penjualan. Usaha yang sudah dijalani selama 12 tahun itu mengusung konsep batik modern.

Perlahan, penjualan produk batiknya berjalan positif. Produk yang dijajakan di gerai-gerai Rianty Batik mulai berjalan lancar. Apalagi ia mengoptimalkan jalur pemasaran online. Jalur ini justru menjadi penyelamat saat pandemi kemarin. Produk masker batik besutannya sempat naik daun kala pandemi.

Baca Juga: Cuan dari Suvenir Motif Tradisional

Alhasil, kini, penjualan online sudah berkontribusi antara 25% sampai 30% dari total pendapatan Rianty Batik. Sedang sisanya berasal dari penjualan offline

Maklum hingga kini Rianty Batik sudah mempunyai 20 gerai yang tersebar di beberapa daerah. Klaim Aditya, secara tahunan, dirinya bisa meraup omzet hingga mencapai Rp 2 miliar. 

"Karena segmen kami menengah ke atas, biasanya orang tetap mau melihat, memegang, mencoba. Experience-nya dapat," terangnya.

Baca Juga: Permen Jahe yang Tembus Pasar Global

Tak heran keberhasilan Aditya ini membuat dirinya pernah diundang ke ajang bergengsi, yakni New York Fashion Week tahun lalu.

Meski begitu, tantangan bisnis batik tetap ada. Ia melihat tantangan terbesar dalam bisnis ini adalah, maraknya kasus peniruan desain batik. 

Desain Rianty, klaimnya, acapkali ditembak atau ditiru 99% oleh kompetitor dalam waktu 3-5 bulan setelah diluncurkan.

"Secara kualitas kainnya dibedakan, jualnya lebih murah," tutur pengusaha yang memiliki 200 pekerja tersebut.

Selanjutnya: Pakai Wi-Fi Publik Buka Peluang Penjahat untuk Mencuri Uang di Rekening lo

Menarik Dibaca: Pakai Wi-Fi Publik Buka Peluang Penjahat untuk Mencuri Uang di Rekening lo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×