kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meraup laba dari menggelar tikar quilting


Selasa, 19 November 2013 / 15:29 WIB
Meraup laba dari menggelar tikar quilting
ILUSTRASI. Pembangunan perumahan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, Jumat (1/7/2022)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/07/2022.


Reporter: Sri Sayekti | Editor: Tri Adi

Jangan meremehkan pasar di dunia maya. Jangkauannya yang tak terbatas, memungkinkan pebisnis online mencari calon pemasok sekaligus pembeli di mana-mana. Tak heran jika berbagai barang yang sulit ditemukan di gerai konvensional, mudah dicari di situs-situs niaga. Salah satunya adalah tikar quilting.

Tikar quilting yang biasa juga disebut tikar dakron, adalah tikar yang terbuat dari kain di bagian atasnya, dengan bahan parasut sebagai alas. Dengan ukuran 140 cm x 200 cm, tikar itu diisi dengan dakron lembaran.

Nyaman digunakan dan mudah dicuci merupakan keunggulan tikar dakron yang kini laris diperjualbelikan secara online. Motif yang tersedia pun beragam, mulai dari karakter kartun anak-anak hingga logo klub sepak bola dunia.

Tren permintaan tikar quilting yang cenderung naik terlihat dari pergerakan harganya. Tahun ini saja harga tikar itu sudah naik berkali-kali. Awal tahun lalu, harga tikar ini beringsut naik Rp 5.000. Belakangan, kenaikan harga malah mencapai Rp 30.000.

Ahmad Faelani yang memasarkan tikar quilting melalui faelani126.blogspot.com, kini menjual produknya berkisar Rp 165.000–Rp 200.000 per helai, termasuk ongkos kirim untuk Jabodetabek. Faelani mendapat ide menjual tikar quilting setelah ibunya membeli tikar serupa seharga Rp 200.000. Bagi Faelani, harga itu kemahalan.

Ia pun melakukan riset pasar di internet. Ternyata, harga tikar quilting di dunia maya lebih murah. Terbersitlah niatnya memasarkan barang tersebut. Ia pun mengorder ke Abdul Cholib, pedagang tikar quilting di Kendal yang menawarkan harga beli termurah. “Saya sempat cari di Tanah Abang, tapi tidak ketemu,” ujar Faelani.

Abdul bisa dibilang sebagai penjual tikar quilting generasi pertama. Untuk pasokan, ia langsung mengorder ke berbagai pabrik di Semarang dan Bandung. Abdul menerjuni bisnis ini begitu menerima order untuk tikar berbahan kain, empuk, namun gampang dicuci.

Abdul pun membuat satu contoh tikar sesuai permintaan si calon pembeli. Ternyata, si peminat cocok. Abdul pun membawa contoh buatannya ke pabrik di Semarang. Setelah pabrik menyanggupi, baru Abdul memasarkan tikar quilting, baik ke konsumen langsung maupun reseller dari berbagai kota melalui situsnya nd-collection.com.

Abdul juga menitipkan tikar dagangannya di berbagai toko mebel yang ada di Kendal, kota tempat tinggalnya. Tikar quilting yang mulai dijajakan Abdul awal tahun ini, pesanannya semakin tinggi per April lalu.

Kini, dalam sekali order ke pabrik, Abdul bisa memesan pembuatan tikar hingga 1.000 lembar sekaligus, dengan 10 motif. Jadi, pesanan untuk masing-masing motif 100 tikar. “Pabrik hanya mau mengerjakan banyak motif, jika pesanan banyak,” jelas Abdul. Konsumen langsung biasanya memesan antara 5 lembar sampai 10 lembar tikar ke Abdul. Adapun reseller biasanya memesan antara 100 hingga 500 tikar dengan berbagai motif. Itu sebabnya, Abdul selalu memesan ke pabrik lebih banyak agar bisa mendapatkan sekaligus berbagai motif.

Dalam sebulan Abdul mampu menjual 100-200 buah untuk pelanggan reseller dan 25 hingga 50 buah untuk pelanggan ritel. Banderol harga yang dipasang Abdul untuk tikar quilting Rp 125.000 per lembar.

Pelanggan Abdul datang dari Jawa maupun luar Jawa seperti Kalimantan dan Sulawesi. Jika order sebulan lebih dari 1.000 tikar, Abdul akan memesan ke pabrik di Bandung. Namun Abdul lebih sering memesan ke Semarang, yang jaraknya lebih dekat dari Kendal.


Awas barang tiruan

Setelah tikar quilting ini makin marak dicari konsumen, lantas muncul pula di pasaran tikar yang sepintas mirip tikar quilting. “Biasa disebut cozymat atau tikar serbaguna. Tapi, tikar itu kualitasnya jelek, karena isinya bukan dakron, tetapi kain perca,” jelas Faelani. Harga tikar quilting jenis KW itu, lebih murah Rp 15.000 hingga Rp 30.000 dibandingkan dengan harga tikar quilting berisi dakron.

Abdul tak menganggap penjual tikar quilting tiruan sebagai pesaing. “Kalau ada yang ingin produk lebih murah, saya sarankan beli tiruan. Nanti kalau mereka kecewa, pasti kembali order kami,” tutur Abdul.

Sebagai penjual grosir tikar quilting Abdul mengaku mengambil margin sekitar 20% hingga 30% dari harga. Namun di luar itu, ia juga menikmati keuntungan dari sisa kain yang dipesan di pabrik. “Kalau kainnya masih sisa, oleh pabrik, tetap dibuatkan tikar. Itu sebagai bonus kami,” imbuh Abdul. Adapun Faelani mengaku keuntungannya dari berdagang tikar dakron yang diperoleh berkisar 30% hingga 35%.

Pebisnis tikar quilting lain, Robby Setiawan, memasarkan produk itu sejak Februari 2013 melalui situsnya aribbystore.com. Saban bulan, Robby menjual 10-20 tikar.

Robby melihat, permintaan tikar quilting tengah tinggi. Sayangnya, pasokan kadang tersendat. Robby menjual tikar quilting-nya seharga Rp 150.000 per lembar, belum termasuk ongkos kirim. Saat ini Robby memesan tikar dari penjual grosir di Semarang.

Hidayatun Khazanah yang juga menjual tikar quilting sejak Februari 2013 melalui akun Facebook dan gerai toko di Gajahmada Plaza, Semarang. Sebagai produsen bantal guling, Hidayatun hanya memesan ke pabrik untuk produk tikar quilting. “Karena isian di dalamnya pakai dakron yang lembarannya berbeda dengan dakron bantal atau guling,” jelas Khazanah.

Kini, Khazanah menjual tikar quilting seharga Rp 123.000 untuk pembeli satuan. Mereka yang membeli 1 lusin mendapat harga reseller, Rp 113.000. Khazanah pun mengakui sejak 2 bulan lalu menaikkan harga jualnya. Tiap bulan, Khazanah menjual antara 20 hingga 50 buah tikar.

Motif kain yang paling laris adalah karakter kartun dan logo klub sepak bola dunia. Pelanggan Khazanah kebanyakan para reseller yang tinggal di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, Makassar. Bahan tikar yang dialasi bahan parasut di bagian bawah ini membuat tikar quilting ini bisa digunakan untuk acara di dalam rumah maupun di luar rumah.

Di saat awal memasarkan tikar quilting, Khazanah mendapat banyak pertanyaan dari pemesan: apakah tikar quilting itu sama dengan tikar Palembang? Ia pun menjelaskan bahwa tikar quilting berbeda bahan dengan tikar palembang. Teknik jahit quilting juga berbeda dengan tikar Palembang. “Tikar quilting ini empuk, adem dan jahitannya kuat,” ujar Khazanah.

Menjajal usaha niaga tikar quilting layak dijajaki karena produk itu sedang naik daun. Pasar juga masih lapang terbuka karena produsen atau pabrik tikar quilting hanya memproduksi sesuai dengan pesanan berskala grosir. Itu sebabnya, produk tikar quilting yang dikemas satuan dalam sebuah tas tersebut, tidak dijumpai di toko-toko di gerai-gerai.

Tertarik mencoba?    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×