kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.444.000   1.000   0,07%
  • USD/IDR 15.340   65,00   0,42%
  • IDX 7.832   19,65   0,25%
  • KOMPAS100 1.193   8,54   0,72%
  • LQ45 967   7,57   0,79%
  • ISSI 228   1,17   0,52%
  • IDX30 493   4,42   0,90%
  • IDXHIDIV20 594   3,60   0,61%
  • IDX80 136   1,13   0,84%
  • IDXV30 139   0,76   0,55%
  • IDXQ30 165   1,38   0,84%

Pameran UKM, upaya menjaring pembeli serius


Rabu, 15 September 2010 / 10:54 WIB
Pameran UKM, upaya menjaring pembeli serius


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi

Bagaimana cara menggapai banyak konsumen dalam waktu singkat? Salah satu caranya dengan mengikuti berbagai pameran. Pameran bisa menjadi ajang pertemuan antara penjual dan pembeli. Penjual akan memajang serta menawarkan produknya, sementara banyak pembeli yang mencari tren terbaru dari berbagai produk lewat ajang pameran.

Kini, saban pekan hampir tak pernah sepi dari hajatan pameran. Berbagai produk konsumsi hingga kerajinan dari berbagai daerah dipajang dan dijajakan di hajatan tersebut. Tengok saja, Jakarta Convention Center (JCC) selalu dipadati berbagai pameran tiap akhir pekan.

Bagi para perajin, ajang pameran begitu penting untuk mendekatkan diri ke pasar. Baik itu pasar ritel atau pasar pembeli besar. Pemilik usaha bordir Evelyn, Eva Effendy, bilang bahwa pengunjung di pameran biasanya lebih cepat mengambil keputusan untuk membeli dibandingkan dengan di toko.

Senada, pemilik produk tenun Toraja Melo, Dinny Jusuf, yang baru dua tahun membuat berbagai produk fesyen dari kain tenun Toraja, mengatakan bahwa penjualannya di pameran lebih besar dibandingkan dengan di gerai.

Pameran juga bisa berfungsi sebagai ajang memperkenalkan produk baru atau yang belum banyak dikenal. Selain itu, pameran dapat dimanfaatkan untuk memantau selera pasar. "Ini untuk melihat seperti apa respon konsumen," ujar Dinny.

Pameran juga bisa mendekatkan produsen dengan pasar yang lebih besar, terutama di Jakarta. Apalagi, untuk produsen produk tertentu yang lokasinya jauh.

Biasanya para perajin membawa contoh produk di pameran. Setelah itu, kerjasama bisa dilanjutkan seusai pameran. Misalnya, Citra Lombok Keramik. Dari pameran terakhir yang diikutinya, usaha ini mendapatkan kontrak pembuatan keramik dari salah satu pemilik galeri di Surabaya.

Selain menggaet pembeli dari dalam negeri, Citra Lombok Keramik yang sudah berdiri sejak tahun 1995 ini, juga mendapatkan buyer dari luar negeri dengan mengikuti berbagai pameran. "Kami pernah mendapat pembeli dari Jepang di sebuah pameran," kata Mirah, pemilik usaha tersebut.

Hebatnya, Citra Lombok Keramik yang merupakan mitra binaan PT Pertamina, tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengikuti pameran. Inilah salah satu keuntungan menjadi mitra binaan dari Program Kepedulian Bina Lingkungan (PKBL) milik Badan Usaha Milik Negara. Biasanya, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) binaan ini memang mendapat jatah stand ketika pameran berlangsung, tanpa perlu membayar biaya sewanya.

Namun, tak semua pameran bisa mendatangkan untung bagi produsen. Mirah mengaku selektif dalam mengikuti berbagai pameran yang ada. "Karena pernah ada pameran yang sepi pengunjung," kata Mirah.

Pemilik produk tenun Sumba Art, Lisa Kwentino, berujar, khusus produk tenun, tak semua pameran bisa mendatangkan banyak pembeli. Misalnya, di pameran Inacraft. Di pameran tersebut Lisa lebih sulit mendapatkan pembeli karena pengunjung tak cuma mencari tenun. Penjualannya lebih bagus ketika mengikuti pameran khusus kain Adiwastra Nusantara.

Meski pengunjung pameran ramai, belum tentu dia mendapat pembeli serius yang membeli produknya secara kontinu dalam volume besar. "Kalau buyer potensial jarang ketemu di sini, harus ke pameran internasional," imbuhnya.

Lisa bilang, untuk mendapatkan buyer luar negeri, lebih efektif bila para pelaku usaha mengunjungi negara tujuan tersebut. Dengan strategi semacam itu, dia rutin mendapatkan pesanan dari pelanggannya di Jepang.

Perajin tenun yang lain, Wignyo Rahadi, pun mengamini pendapat Lisa. Ia menggelar pameran di luar negeri dua hingga tiga kali setahun. "Karena sudah rutin pameran di Tokyo, pasar di sana sekarang sudah lumayan bagus," kata pemilik Tenun Gaya ini.

Meski tidak rutin setiap bulan, Tenun Gaya terus mendapat pesanan terus dari Jepang. Misalnya, pesanan datang dua bulan sekali dengan jumlah sekitar 20 potong. Dalam momen tertentu, pesanan bisa naik dari pesanan rutin.

Sementara itu, untuk pameran dalam negeri, Wignyo mengaku tidak terlalu banyak memperoleh manfaat. "Kalau pameran di Indonesia, yang datang rata-rata pelanggan saya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×