kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang bisnis roti bakar masih membara


Minggu, 06 September 2015 / 10:20 WIB
Peluang bisnis roti bakar masih membara


Reporter: Izzatul Mazidah, Jane Aprilyani, Merlina M. Barbara, Rani Nossar | Editor: Dikky Setiawan

Roti bakar menjadi salah satu pilihan kudapan sebagai pengganjal perut yang lapar di sore hari. Ditemani teh hangat, camilan ini telah memiliki penggemar dari berbagai umur dan kelas sosial. Itu sebabnya peminatnya selalu saja ada.

Beberapa pengusaha kuliner ini menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha. Sebut saja seperti Roti Bakar Beverly Hills, Dapoer Roti Bakar dan Roti Bakar 88 yang pernah KONTAN ulas sebelumnya. Pada umumnya, usaha mereka cukup baik meski penambahan mitra tidak signifikan. Kendala utama yakni sulit mencari SDM yang loyal sehingga menyulitkan mengembangkan usaha. Simak ulasan selengkapnya berikut ini:

Roti Bakar Beverly Hills

Usaha ini didirikan oleh Ashari sejak tahun 1994 di Yogyakarta dan mulai menawarkan kemitraan usaha tiga tahun kemudian. Ketika KONTAN mengulas tawaran pada Oktober 2014 Ashari yang menjalankan dua gerai milik sendiri dan mengambil alih satu gerai milik mitra karena melanggar kerjasama. Dengan mengusung konsep kafe, ia menjajakan aneka menu Roti Bakar, jagung Bakar, dan pisang Bakar.

Hingga kini, usahanya terbulang stagnan. Sekarang mitranya baru ada satu dan gerai pusat tetap hanya dua. Dia beralasan, kendala utama menjalankan usaha ini sulitnya merekrut SDM yang loyal dan bisa dipercaya. Untuk mengatasi ini, dirinya akan mencoba memberikan insentif lebih kepada karyawan.

Untuk nilai investasi usaha, saat ini terjadi kenaikan dari Rp 50 juta menjadi Rp 65 juta. Hal ini disebabkan kenaikan harga bahan baku dan juga sejumlah peralatan pendukung. “Harga bahan baku seperti susu kaleng, roti dan mentega naik cukup besar,” keluh Ashari.

Dengan modal investasi sebesar ini, mitra akan mendapatkan kontrak kerjasama selama lima tahun, peralatan memasak, meja dan kursi untuk konsumen, meja kasir, pelatihan karyawan, bahan baku sebanyak 50 porsi dan pendampingan oleh pusat.

Adapun harga menu juga mengalami kenaikan. Harga roti bakar naik dari Rp 7.500 per porsi menjadi Rp 12.000 per porsi. Menu lainnya yakni pisang bakar cokelat naik dari Rp 3.500 per porsi menjadi Rp 5.000−Rp 9.000 per porsi, tergantung varian rasa.

Agar konsumen tidak bosan, Ashari menambah menu baru yakni mi instan kuah plus susu atau dengan tambahan keju serta kornet seharga Rp 6.000−Rp 12.000 per porsi.

Rata-rata satu gerai bisa kedatangan 100−200 pengunjung per hari. Meski gerai kemitraan sulit berkembang, namun omzet usahanya mengalami peningkatan dari Rp 50 juta per bulan menjadi Rp 75 juta per bulan. "Laba bersih sekitar 20%," ujarnya.

Ashari tidak memiliki strategi promosi khusus untuk berpromosi, selain lewat media sosial dan promosi mulut ke mulut. Ke depan, dia berencana membuka gerai di pusat perbelanjaan agar konsumen makin ramai. Dia juga ingin mengusung kedai roti bakar food truck agar lebih fleksibel dan bisa menekan biaya sewa kontrak yang semakin mahal.

Dapoer Roti Bakar

Usaha ini berdiri di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada tahun 2011 lalu, di bawah bendara PD Menara Surya. Pemilik Dapoer Roti Bakar, Dheny Delanto mulai menawarkan kemitraan pada Februari 2014 lalu. Ketika KONTAN mengulas kemitraannya pada 3 Juli 2014 lalu, baru ada dua gerai yang beroperasi, yakni satu milik sendiri di Pasar Minggu dan satu lagi milik mitra di Serpong, Tangerang.

Setahun berselang, kini gerai Dapoer Roti Bakar bertambah menjadi lima unit, rinciannya dua gerai milik sendiri di Pasar Minggu dan Grogol. Sedangkan pertambahan gerai milik mitra ada di Yogyakarta dan Bekasi.

Putri Meriska, Business Development Dapoer Roti Bakar menyampaikan, sebetulnya pada saat awal menawarkan kemitraan usaha, target pertambahan selama setahun harusnya ada 10 gerai. Namun, manajemen banyak menolak beberapa aplikan yang berminat karena mereka dianggap kurang serius dalam menjalankan bisnis ini. "Karena kita cukup selektif memilih mitra," kata Putri.

Untuk masalah investasi, Putri mengakui adanya kenaikan karena adanya pengaruh kenaikan dollar AS dan meningkatnya harga bahan baku. Sebelumnya paket investasi di harga Rp 175 juta, sekarang menjadi Rp 220 juta. Nilai itu juga belum termasuk sewa tempat dan bahan baku awal.

Harga jual ke konsumen juga mengalami kenaikan, dari kisaran Rp 8.000−15.000 per porsi sekarang menjadi Rp 11.000−17.000 per porsi. Ia bilang rata-rata penjualan bisa mencapai Rp 8 juta per hari.

Namun, Putri bilang banyak pelanggan yang sering komplain pelayanan Dapoer Roti Bakar kurang memuaskan karena terlalu lama dalam menyajikan pesanan. "Padahal, kita memfokuskan pada menu yang berkualitas, roti kami tanpa bahan pengawet, selai juga buatan sendiri," kata dia.

Baru-baru ini juga Dapoer Roti Bakar baru saja mengeluarkan varian baru yaitu roti bakar kentang dan roti bakar dengan variasi durian, gandum, dan alpukat. Penambahan menu baru ini untuk menghindari kejenuhan pelanggan dengan produk yang itu-itu saja.

Hingga akhir Desember 2015 ini, ia tetap optimistis bisa menambah gerai menjadi 10 gerai bahkan lebih. Ia juga tidak takut dengan para pesaing baru karena ia mengklaim Dapoer Roti Bakar menyajikan roti bukan hanya dari penampilannya yang menggugah, tapi juga rasanya yang nikmat.

Roti Bakar 88

Usaha roti bakar asal Tangerang, Banten ini sudah berdiri sejak 2002 lalu. Setelah delapan tahun berjalan atau pada 2010, roti bakar milik Irwan Tanusolihin ini resmi menawarkan kemitraan.

KONTAN pernah mengulas kemitraan Roti Bakar 88 pada 2014 lalu. Kala itu, gerainya ada 17 gerai, yakni 10 gerai milik sendiri dan milik mitra sebanyak tujuh gerai.

Saat ini perkembangan usaha cukup baik, ada penambahan gerai sekitar dua gerai menjadi 19 unit. Di antarannya enam gerai milik mitra dan 13 gerai milik induk usaha yang tersebar di Jakarta, Tangerang, dan Serang. Meski jumlah mitra berkurang, namun pusat tetap menambah gerai pribadi.

Irwan beralasan, berkurangnya jumlah mitra usaha karena dia tidak lagi menawarkan kemitraan usaha sejak tahun 2015. Sebab, dia cukup kesulitan untuk mengatur dan mengontrol mitra yang terlalu banyak agar berbisnis sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.

Selain itu, dia juga mengalami masalah pada SDM. "Banyak karyawan yang keluar masuk sehingga banyak buang waktu untuk rekrut pegawai baru," keluhnya.

Sebelumnya, dia mengubah sistem franchise menjadi sistem bagi hasil bagi mitra yang bergabung. Sehingga, mitra tetap mengeluarkan dana investasi namun hasil omzet atau pendapatan dibagi dengan pusat. Dengan sistem baru ini, seluruh karyawan akan disediakan sepenuhnya oleh pusat.

Selain mengubah sistem kerjasama, nilai investasi juga naik dari sebelumnya seharga Rp 50 juta kini telah menjadi Rp 100 juta.

Lantaran sedang tidak menawarkan kemitraan usaha, saat ini dia fokus menggenjot penjualan dari gerai yang sudah ada dengan aktif melakukan promosi di media sosial dan menambah menu. Rencananya, dia akan mengubah nama usaha menjadi Nibbles dengan konsep tempat lebih modern dan berwarna.            

Menuntut Kesiapan Manajemen Pusat

Erwin Halim, pengamat bisnis dari Proverb Consulting mengatakan, bisnis roti bakar cukup mudah dijalankan tanpa menduplikasi bisnis dengan sistem kemitraan usaha atau waralaba. Ini membuat perkembangan mitra usaha tidak terlalu banyak karena calon mitra bisa memulai usaha sendiri tanpa harus membeli paket investasi.

Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pusat dalam menjalin kemitraan usaha roti bakar ini agar bisa bertahan dan berhasil. Di antaranya adalah bagaimana pusat menggaransi balik modal bagi mitra usaha, besaran biaya royalti serta kepastian penyediaan pasokan bahan baku dari pusat.

Hal-hal seperti itu penting untuk diperhatikan pihak pusat untuk menarik mitra usaha. Belum lagi sulitnya mencari SDM yang loyal. Ini terkait dengan kesiapan manajemen pusat.

Sementara itu, mitra usaha yang berniat bergabung juga harus mencari lokasi usaha yang cocok dengan produk yang dijual. Erwin mengatakan, untuk menjalankan bisnis roti bakar tidak cocok dilakukan di kafe atau tempat berkumpul dengan segmentasi menengah ke atas. Usaha roti bakar lebih cocok dijalankan di pinggir jalan atau kaki lima. Selain itu, bisa juga ditempatkan di lokasi-lokasi strategis seperti dekat tempat kost, kantor, pemukiman yang banyak dilalui anak muda sebagai target pasar utama.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut dan ditambah dengan rajin melakukan inovasi produk dan taburan roti bakar agar semakin beragam, serta tentu saja terus promosi, maka usaha ini bisa bertahan dan makin berkembang.                         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×