kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pembuatan iklan makin marak, storyboard artist pun bersorak


Rabu, 12 Oktober 2011 / 13:35 WIB
Pembuatan iklan makin marak, storyboard artist pun bersorak
ILUSTRASI. Bendera Rusia


Reporter: Fitri Nur Arifenie, Ragil Nugroho, Hafid Fuad | Editor: Tri Adi

Ada peluang menjanjikan di balik maraknya pembuatan iklan ataupun film. Yakni, pembuatan storyboard untuk mendukung pekerjaan sutradara. Meski pernah terkena imbas krisis beberapa waktu lalu, pembuatan storyboard terus tumbuh. Pemain baru pun bermunculan.

Di zaman modern ini tidak ada seorang pun yang bisa menghindari pertemuan dengan iklan. Maraknya industri ritel serta perkembangan industri media mendorong aktivitas promosi melalui iklan makin gencar.

Maklum, bagi sebuah perusahaan, selain untuk mendongkrak penjualan, iklan bisa berfungsi sebagai sarana untuk menjalin komunikasi dengan konsumen. Iklan juga menjadi sarana untuk menguatkan merek perusahaan di benak konsumen.

Tak heran, produksi iklan pun terus meningkat seiring banyaknya produk baru dari perusahaan. Yang pasti, banjir iklan itu membawa berkah tersendiri bagi industri pembuatan iklan.

Yang perlu diketahui, sebenarnya banyak pihak yang terlibat dalam proses pembuatan iklan. Salah satunya adalah seniman papan cerita atau storyboard artist, yang bertugas menerjemahkan beragam ide atau gagasan dalam sebuah gambar visual.

Storyboard sendiri merupakan sketsa gambar yang disusun berurutan sesuai dengan naskah. Dengan storyboard, ide cerita akan lebih mudah dipahami, sehingga akan menghasilkan persepsi yang sama pada orang yang melihat storyboard tersebut.

Storyboard juga menjadi sarana penting untuk art director atau sutradara untuk menentukan perspektif gambar, setting serta karakter tokoh. Nah, dengan membanjirnya produksi iklan, peran storyboard artist ini juga semakin dibutuhkan.

Tri Susanto, freelancer storyboard, mengakui, pesanan storyboard terus meningkat dari tahun ke tahun. Tri yang menekuni bidang ini sejak 10 tahun silam, mampu mendulang omzet besar dari jasa pembuatan storyboard.

Maklum, biaya pembuatan storyboard ini cukup besar. Sebagai freelancer, Tri mematok harga pembuatan storyboard paling mahal Rp 100 juta per proyek. "Kalau digarap perusahaan, biayanya bisa mencapai sekitar Rp 300 juta per storyboard," ujar Tri.

Selain Tri, Hendra Waluyo juga memperoleh penghasilan besar dari pembuatan storyboard. Berbeda dengan Tri, Hendra menetapkan harga storyboard per bingkai gambar, yakni Rp 200.000. "Untuk klien internasional, biasanya saya memasang tarif dua hingga tiga kali lipat harga standar. Harga itu juga menyesuaikan dengan tuntutan yang diminta saja," jelas pemilik CV Night Illustration di Jakarta ini.

Untuk iklan berdurasi satu menit, Hendra bilang, butuh 30 frame storyboard. Sebuah agensi biasanya akan membutuhkan lima hingga enam storyboard sebagai bahan pitching atau presentasi di hadapan klien.

Dalam sebulan, Hendra biasanya mengerjakan storyboard dari tiga agensi iklan. Ia pun bisa merengkuh pendapatan hingga Rp 70 juta per bulan.

Selain agensi iklan, proyek storyboard juga datang dari berbagai macam perusahaan. Maklum, selain menjadi sarana pendukung pembuatan iklan, storyboard sering kali dipakai perusahaan untuk presentasi atau media promosi selain iklan.

Tak hanya perusahaan swasta, proyek storyboard juga sering datang dari berbagai kementerian di pemerintahan. Tri bilang, jika sudah mendekati pengujung tahun, banyak kementerian yang menyewa jasa storyboard artist. "Karena, biasanya, pemerintah akan menghabiskan anggaran di akhir tahun. Jadi, belanja mereka untuk storyboard akan cukup besar," tutur Tri.

Dari berbagai kliennya, Tri bilang, pemesanan storyboard tak hanya berupa gambar atau sketsa tangan. "Kini, banyak pula yang meminta storyboard dengan menggunakan foto," ujarnya.

Padahal, pembuatan storyboard berfoto ini lebih merepotkan. "Karena kami harus berhubungan langsung dengan sang model. Padahal, kalau manual, kita hanya menunggu storyline saja," ungkap Tri. Meski begitu, Tri tetap berusaha memenuhi permintaan klien, karena mereka ingin storyboard berfoto itu supaya tampilannya terlihat lebih nyata.


Persaingan ketat

Meski mendatangkan untung tebal, bisnis pembuatan storyboard juga pernah lesu ketika krisis ekonomi global pada 2008. "Pada tahun itu, banyak perusahaan-perusahaan penyedia jasa periklanan gulung tikar karena jarang menerima order," cerita Tri.

Namun, kini, kondisi telah berubah. Tri optimistis, bisnis pembuatan storyboard terus tumbuh. Sebab, perusahaan atau lembaga tertentu, bahkan pemerintah juga membutuhkan storyboard untuk sarana promosi.

Setali tiga uang. Hendra yang baru menggeluti usaha ini sejak tiga tahun lalu, juga mempunyai pendapat yang sama. Pembuatan storyboard ke depan akan kembali marak mengingat kondisi perekonomian perusahaan secara umum sudah membaik. "Perusahaan-perusahaan sudah kembali gencar melakukan promosi," ujar pria yang mengaku pernah melayani Bintang Tujuh sebagai kliennya yang paling ternama.

Namun, tak hanya permintaan yang bertambah, Tri berpendapat, persaingan juga makin ketat. Seiring bergairahnya industri ini, seniman-seniman storyboard baru pasti juga akan bermunculan. "Mau tak mau, kami pemain lama, harus siap bersaing," ujar Tri.

Ia pun mengungkap salah satu kunci keberhasilannya, yakni untuk selalu berpikir out of the box dan kreatif. "Dengan begitu, apa yang kita tawarkan selalu berbeda dengan yang lain," kata Tri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×