Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi
Bermula dari kelinci bantuan presiden pada 1980-an, kawasan Lembang, Bandung, Jawa Barat, kian identik dengan kelinci. Bahkan di Desa Sukalaya, Lembang, terdapat 15 peternak dengan ratusan induk kelinci. Setiap induk melahirkan empat kali dalam setahun.
Kawasan Lembang, Jawa Barat, tidak hanya menyimpan pemandangan alam yang mempesona. Lembang yang berhawa sejuk ini, selain menghasilkan sayur-mayur nan melimpah, juga menjadi sentra peternakan hewan lucu menggemaskan yang disebut kelinci.
Saking melimpahnya hasil ternak kelinci itu, kalau mampir ke Lembang, Anda tentu menemui berbagai kedai dengan masakan khas berbahan baku daging kelinci; antara lain satai kelinci dan sop kelinci.
Tentu tak cuma kelinci matang saja yang bisa Anda nikmati. Kalau Anda ingin beternak kelinci di rumah, Lembang adalah tempat membeli indukan kelinci yang bagus.
Lembang memang pantas dijuluki sebagai sentra peternakan kelinci di Jawa Barat. Kalau kita runut ke belakang, sentra peternakan kelinci mulai bermunculan ketika rezim Orde Baru masih berkuasa.
Waktu itu, Presiden Soeharto tengah mencanangkan program bantuan presiden (banpres) di berbagai daerah di Indonesia. Nah, salah satu daerah yang mendapat banpres itu adalah Lembang. Karena Lembang berhawa sejuk dan banyak sayuran, pemerintah menganggap kelinci paling cocok dibiakkan di situ.
Ternyata, rezim Soeharto tak selalu salah. Hawa Lembang memang cocok buat kelinci sehingga kelinci banpres yang jumlahnya puluhan itu kini berkembang biak secara luas. Nah, salah satu desa yang serius mengembangkan kelinci adalah Desa Sukalaya. Di desa ini ada 15 kepala keluarga yang menggantungkan hidupnya pada hasil ternak kelinci. Mereka rata-rata memelihara 30 ekor sampai 50 ekor indukan.
Untuk memenuhi permintaan pasar, peternak di Sukalaya tidak hanya mengembangbiakan kelinci pedaging, tetapi mereka juga mengembangkan kelinci piaraan, seperti kelinci ras rex, angora, lop, dutch, ataupun netherland dwarf.
Narso Suprapto, pria asal Solo yang beternak kelinci di Sukalaya, bilang, kelinci mudah diternakkan karena mudah pula perawatannya. "Selain itu, bentuk kelinci itu cantik dan bagus," kata Narso yang baru memulai beternak kelinci pada 1997 silam.
Saat Narso memulai usaha, harga kelinci waktu itu cukup menggiurkan. Apalagi waktu itu, pehobi kelinci lagi booming.
Ketertarikan menjadi peternak kelinci disampaikan juga oleh David Dodi Purnomo. Walaupun masih tergolong baru beternak kelinci, tapi Dodi sudah lama bergaul dengan pelaku bisnis kelinci di Sukalaya. "Saya baru serius beternak kelinci tahun 2006," kata David. Menurut dia, beternak kelinci sangat praktis. "Sewaktu-butuh uang, kelinci bisa dijual," terang David.
Saking likuidnya, kelinci umur sebulan pun sudah bisa diubah menjadi duit. Usia kelinci segitu memang lagi lucu-lucunya. Biasanya, harga kelinci umur sebulan dijual kepada pengepul Rp 10.000 per ekor. "Kalau pembeli kelinci perorangan, kami jual Rp 20.000," kata David.
Lebih menguntungkan lagi karena produktivitas kelinci sangat tinggi. Sepasang indukan rata-rata melahirkan empat kali setahun, sekali melahirkan bisa empat ekor. "Dulu saya pernah punya 150 induk kelinci," kenang Narso.
Narso sengaja mengurangi jumlah ternak kelincinya karena merasa sudah tua dan anak-anak selesai sekolah.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News