Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Sebagai pusat penghasil lukisan ternama di Bandung, Desa Jelekong memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Lebih dari 10% dari jumlah penduduk Jelekong memiliki profesi sebagai pelukis. Beragam lukisan asal desa ini, bahkan sudah dipasarkan hingga ke luar negeri.
Sejak lama, Kota Bandung terkenal menyimpan potensi seni yang tinggi. Bukan hanya menjadi kiblat dunia fesyen, kota berjuluk Kota Kembang ini juga memiliki sentra lukisan yang terletak di Desa Jelekong, Bandung Selatan.
Sentra pembuatan lukisan yang muncul sejak 1960-an ini tepatnya berada di Jalan Raya Laswi, Baleendah, Kabupaten Bandung. Jika kita menyusuri jalanan itu, akan terlihat ratusan kanvas yang dijemur di sepanjang sisi kanan dan kiri jalan.
Ada sekitar 20 galeri di sepanjang jalan desa itu. Maklum, banyak penduduk desa ini yang memang memiliki profesi sebagai pelukis. Dari total penduduk Jelekong yang sebanyak 5.000 orang, 600 di antaranya adalah pelukis.
Indira Sukmawati, pemilik galeri Karya Siliwangi mengungkapkan, dalam sehari, pekerja seni di galerinya bisa menghasilkan dua hingga lima lukisan dengan berbagai macam objek. "Lukisan kami kadang disebut kerajinan tangan, karena dikerjakan siang dan malam. Pelukis juga tak memiliki latar belakang pendidikan seni," ujar Indira yang mempekerjakan 10 pelukis di galerinya.
Karena berbekal ilmu melukis otodidak, gaya atau teknik menggambar para pelukis ini juga beragam. Mulai dari teknik pisau palet dan sapuan kuas biasa hingga cokcrok.
Teknik terakhir merupakan cara melukis dengan spon yang muncul akhir 1990-an. Tak hanya disukai perajin, lukisan dengan teknik ini juga mengundang minat pembeli. Bahkan, teknik ini bertahan sampai saat ini. Para pelukis memadukannya dengan teknik pisau palet untuk pemandangan alam.
Sentra ini memiliki perajin yang ahli melukis panorama pedesaan, pacuan kuda, buah-buahan, kereta kencana, ikan koi, dan adu ayam.
Karya lukisan penhuni Desa Jelekong pun sudah menyebar di mana-mana, seperti Jakarta, Semarang, Bogor, Bali, Malaysia, hingga Arab Saudi. Beberapa galeri dan gerai penjualan lukisan di Bandung pun menjajakan lukisan seniman Desa Jelekong. Tentu, harga jual mereka lebih tinggi.
Menurut Haryono, pemilik galeri Margahayu, meski diproduksi secara massal, lukisan pelukis Jelekong tetap menarik minat banyak wisatawan. "Harganya murah, berbeda dengan lukisan perupa terkenal yang mencapai jutaan," ujarnya. Demi menyambung hidup, cita rasa seni rupa ini memang dikolaborasikan dengan industri yang mengikuti selera pasar.
Harga jual lukisan Jelekong bertema pemandangan di atas kanvas berukuran 135 cm x 40 cm berkisar Rp 150.000 hingga mencapai harga Rp 10 juta rupiah. Harga jual itu ditentukan oleh ukuran, penggunaan cat, serta tingkat kesulitan. Namun, secara umum, harga lukisan di Jelekong berkisar Rp 100.000-Rp 15 juta. Di galerinya, Haryono bisa menjual antara 10 hingga 30 buah lukisan setiap bulan.
Bila tak sempat mampir ke Jl Raya Laswi, konsumen juga bisa menemukan lukisan asal Jelekong ini di pusat Kota Bandung, tepatnya di kawasan Braga. Di jalan sepanjang 700 meter itu, berjajar pedagang lukisan kaki lima hingga galeri lukisan ternama, seperti galeri seni jalanan.
Sentra lukisan Jelekong ini terus berkibar seiring perhatian serius dari Pemerintah Kota Bandung. Menurut Haryono, Januari lalu, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf mendorong lokasi ini sebagai kampung pariwisata sekaligus mendukung pelaksanaan Festival Jelekong 2011. "Pemerintah berharap, festival yang direncanakan pada 2011 ini bisa menggali dan memamerkan potensi Jelekong," tegasnya.
Haryono dan para pelukis lainnya pun memendam harapan yang sama. Dengan adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan kabupaten, mereka yakin, potensi Jelekong bisa lebih tergali dan dioptimalkan. "Kami optimistis, masa depan kampung ini akan lebih baik," tutur Haryono.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News