kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra tahu sumedang: Bahan baku naik, harga jual tetap (2)


Senin, 20 Desember 2010 / 11:29 WIB
Sentra tahu sumedang: Bahan baku naik, harga jual tetap (2)


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi


Meski harga bahan baku membubung, sebagian besar produsen tahu sumedang di Sumedang tetap mempertahankan harga jual. Agar tidak merugi, mereka menekan biaya produksi dengan menciutkan ukuran tahu, mencampur bahan baku kedelai lokal dengan impor, dan menggunakan minyak goreng berulang kali.

Sudah menjadi rahasia dapur, harga jual mengikuti harga bahan baku. Begitu juga dengan tahu sumedang yang berbahan baku utama kacang kedelai dan minyak goreng. Kalau harga kedelai dan minyak goreng naik, otomatis harga tahu sumedang pun bakal ikutan naik.

Tengok saja kejadian 2008 lalu. Ketika harga kedelai melonjak menjadi Rp 6.000 per kilogram (kg) dan minyak goreng jadi Rp 13.000 sekilogram, produsen kompak mengerek harga tahu sumedangnya menjadi Rp 400 per potong.

Namun, menurut A Siong, pembuat tahu sumedang dengan merek Citarasa, harga tersebut hanya patokan saja bagi para pembuat tahu sumedang. Meski sudah menjadi kesepakatan antarsesama produsen tahu di Sumedang, Jawa Barat, jika ada di antara mereka yang ingin menjual tahunya di atas atau di bawah harga itu sah-sah saja, tidak ada yang melarang.

Sebab, para produsen lah yang tahu untung-rugi dalam usaha pembuatan tahu sumedang. A Siong sendiri memilih mengikuti harga patokan yang telah disepakati bersama tersebut.

Hanya saja, A Siong mengungkapkan, walau harga kedelai dan minyak goreng naik turun selama dua tahun terakhir, harga patokan itu hingga kini tetap tidak berubah, masih Rp 400 per potong. "Seharusnya sih, dengan harga bahan baku yang ada saat ini, harga tahu bisa Rp 500," katanya.

Sebab, A Siong mengatakan, bahan baku pembuatan tahu sumedang yang naik bukan hanya minyak goreng saja, tapi juga cuka dan garam. Bahkan, harga keranjang untuk wadah tahu sumedang juga naik.

Dengan semua kenaikan bahan baku tersebut, Dede Kartawijaya, produsen tahu sumedang dengan merek Sari Bumi, menegaskan, semestinya, harga jual tahu sumedang sudah naik dua kali lipat menjadi Rp 800 per potong. Tapi, karena tidak ingin ditinggal oleh konsumen, sebagian produsen termasuk Dede memutuskan untuk tetap menjual tahu sumedangnya di harga Rp 400 per potong.

Nah, agar tidak merugi, Dede menyiasatinya dengan beberapa cara. Pertama, memperkecil ukuran tahu sumedang buatannya. Jika biasanya satu cetakan hanya dipotong menjadi 100 potong tahu sumedang. Sekarang, dibagi menjadi 140 potong tahu sumedang dengan ukuran 3 x 3,5 cm.

Kedua, mencampur bahan baku kedelai lokal dengan kedelai impor. "Harga kedelai impor lebih murah Rp 200 per kg dibandingkan dengan harga kedelai lokal," ungkap Dede. Sekalipun cuma berselisih Rp 200 per kg, ia menambahkan, yang pasti bisa menekan biaya produksi tahu sumedang.

Praktek ini juga dilakoni Suriadi Ukim, produsen tahu sumedang dengan merek Bungkeng. Ia mencampur kedelai lokal dan impor dengan perbandingan 1:1. Meski begitu, ia menjamin tahu sumedang buatannya tetap padat dan nikmat disantap. Soalnya, "Saya punya resep bumbu sendiri," katanya, yang menolak membagi resepnya itu.

Ketiga, menggunakan minyak goreng berulang kali untuk menggoreng tahu sumedang. "Saya baru mengganti minyak goreng setelah 10 kali pakai," ujar Suriadi. Biasanya, untuk menggoreng 100 potong tahu sumedang, ia membutuhkan 2,5 kilo minyak goreng.

(Bersambung)





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×