kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra tahu sumedang: Sulit mengerek harga jual tahu (4)


Rabu, 22 Desember 2010 / 10:56 WIB
Sentra tahu sumedang: Sulit mengerek harga jual tahu (4)


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Di saat harga bahan baku tahu terus mengalami kenaikan, produsen tahu di Sumedang tidak bisa ikut mengerek harga jual produknya. Mereka meminta pemerintah daerah turun tangan dengan menahan kenaikan harga bahan baku. Para produsen juga meminta agar dibantu dalam memasarkan produk tahunya.

kelangsungan hidup produsen tahu di Sumedang tidak terlepas dari harga kedelai dan minyak goreng sebagai bahan baku utama pembuatan tahu. Jika harga kedua bahan baku tersebut naik, para produsen khawatir omzetnya bakal menurun dan bahkan merugi.

Seperti yang terjadi pada awal Desember 2010, harga kedelai impor sudah mengalami kenaikan sebesar Rp 300 menjadi Rp 5.800 per kilo. Sedangkan harga minyak goreng sudah naik menjadi Rp 17.000 per liter. "Hidup kami bergantung pada harga kedelai dan minyak goreng. Sedikit saja naik, kami harus cari strategi agar bisa bertahan," kata Dede Kartawijaya.

Pengusaha tahu sumedang dengan merek Sari Bumi ini juga memperkirakan harga kedelai akan kembali mengalami kenaikan pada awal Januari 2011. Kenaikan itu sudah menjadi tradisi tahunan di awal tahun.

Untuk itu, Dede berharap kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, bisa membantu dengan menahan kenaikan harga bahan baku tersebut. Soalnya, Dede khawatir jika harga bahan baku selalu naik, akan membuat produsen tahu gulung tikar. Padahal tahu sumedang, sudah menjadi salah satu ikon Jawa Barat.

Sebenarnya, produsen tahu bisa mengikuti kenaikan harga bahan baku tersebut dengan menaikan harga tahu. Namun mereka khawatir, produknya itu tidak akan laku dijual. Sebab, dalam benak konsumen, tahu sumedang adalah jajanan yang berharga murah.

Agar harga tahu tidak naik, Dede terpaksa harus memperkecil ukuran tahu yang diproduksinya. Jika standarnya satu cetakan bisa jadi 100 potong tahu, oleh Dede kini satu cetakan dijadikan 140 potong tahu. "Kami berharap, pemda bisa membantu produsen tahu," katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Oeysi Siong, produsen tahu sumedang dengan merek Citarasa. Bahkan menurut Oeysi, selain kenaikan bahan baku, harga sewa kios juga turut naik. Misalnya saja kios Sari Bumi yang ada di tol Cikampek. Dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun, harga sewa kios di tempat ini sudah mengalami kenaikan hingga enam kali lipat. "Dari Rp 800.000 per bulan menjadi Rp 5 juta setiap bulan," katanya.

Bantuan yang diperlukan, menurut Dede dan Oeysi, tidak hanya melalui regulasi, tapi juga diiringi dengan tindakan nyata. Sebab, setelah lengsernya Soeharto, pemda seakan lepas tangan terhadap kelangsungan usaha tahu sumedang.

Padahal, sebelumnya, pemda ikut membantu tidak hanya pelatihan tapi juga dari segi pemasaran. "Sebelum 1998 orang Dinas Perdagangan sering ke tempat ini. Mereka mendata produksi tahu saya, memberi pelatihan cara membuat tahu secara massal, dan memberi masukan pemasaran tahu. Sekarang sudah tidak ada yang datang lagi seperti zaman itu," papar Dede.

Padahal, peran pemda sangat dibutuhkan di saat tahu sumedang sudah menjadi industri rumah tangga yang berkembang pesat. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah produsen dan tingkat produksinya tahu terus meningkat.

Tetapi tidak di ikuti dengan perluasan wilayah pemasaran, yang hanya berkutat di Sumedang dan Bandung. Itu pun membuat persaingan menjadi sangat ketat.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×