Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi
Daya tahan tahu yang hanya berumur 1,5 hari membuat produsen tahu sumedang hanya mengandalkan penjualan di Sumedang. Paling jauh, mereka sampai Bandung. Tapi, produsen tahu itu mengkhawatirkan rencana pembangunan jalan tol Cisumdawu, imbasnya akan makin sedikit pengendara yang lewat kota Sumedang.
Kendala waktu dan jarak memaksa produsen tahu sumedang di Sumedang, Jawa Barat, hanya bisa mengandalkan penjualan di Sumedang dan Bandung saja. Tahu sumedang yang hanya tahan 1,5 hari tidak memungkinkan mereka memasok produknya ke kota lain.
Suriadi Ukim, produsen tahu sumedang merek Bungkeng, paling jauh hanya berani memasarkan tahunya sampai Bandung. Untuk memasok tahu ke kiosnya yang ada di Jalan Jenderal Sudirman, ia membutuhkan waktu satu jam perjalanan darat. "Tidak berani menjual jauh dari Sumedang. Apalagi, jumlah pembelian tidak bisa diprediksi," katanya.
Karena itu, Suriadi memilih mengembangkan penjualan tahu sumedang buatannya di seputaran Sumedang dan Bandung saja. Saat ini, dia punya empat kios di Sumedang dan satu di Bandung.
Sementara itu, Dede Kartawijaya, produsen tahu sumedang bermerek Sari Bumi, memfokuskan pemasaran di Sumedang. Selain daya tahan tahu sumedang yang sebentar, ia khawatir dengan perizinan usaha di Bandung. "Gaji pegawai di Bandung juga tinggi," ungkapnya.
Sebenarnya, Dede mengatakan, bisa saja tahu sumedang tahan lebih dari dua hari. Caranya, dengan menambahkan pengawet, seperti formalin dan boraks, dalam adonan tahu. Namun, itu tidak pernah dilakukan produsen di Sumedang.
Menurut Dede, hampir semua produsen tahu sumedang tahu bahaya bahan pengawet bagi kesehatan manusia. Makanya, tidak ada yang berani menggunakan formalin dan boraks pada produk mereka. Tetapi, "Tahun 2006, waktu meledak isu tahu berformalin, banyak produsen kecil yang gulung tikar," katanya.
Pada tahun itu, Dede menambahkan, hanya produsen tahu sumedang besar yang bisa bertahan. Akibatnya, banyak pembuat tahu sumedang rumahan yang usahanya bangkrut kemudian bekerja di produsen yang lebih besar.
Walau memiliki pangsa pasar tetap dari penjualan di Sumedang, Oeysi Siong, produsen tahu sumedang dengan merek Citarasa, bilang, tetap saja ada kendala. Seringnya ruas jalan utama di kota Sumedang ditutup polisi, terutama di akhir pekan, membuat omzetnya menurun.
Penutupan ruas jalan untuk mengatur arus kendaraan menuju Cirebon itu membuat jumlah pembeli merosot. Contohnya, Jalan Mayor Abdurachman. Tentu saja, penutupan ini merugikan puluhan kios tahu sumedang yang berderet di sepanjang jalan tersebut. "Itu membuat pengendara tidak beli ke sini. Terlebih, jalan sering sekali ditutup terutama hari Sabtu dan Minggu yang seharusnya ramai pembeli," kata Siong yang juga punya kios di Jalan Mayor Abdurachman.
Selain masalah penutupan jalan di akhir pekan itu, Siong mengaku, sejauh ini, tidak akan probelem besar lain yang mengganjal penjualan tahu sumedang bikinannya. Sebeb, ia sudah memiliki pangsa pasar sendiri dan mampu bersaing dengan produsen tahu sumedang besar lainnya di Sumedang.
Meski begitu, rencana pembangunan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan alias Cisumdawu benar-benar membuat cemas sejumlah produsen tahu sumedang. "Pasti ada dampak negatif dan positifnya," imbuh Suriadi Ukim.
Dampak negatif kehadiran jalan bebas hambatan Cisumdawu adalah, Suriadi mengungkapkan, perjalanan dari Bandung ke Dawuan Majalengka dan sebaliknya tidak perlu lagi lewat Sumedang. Dengan begitu, akan semakin sedikit pembeli yang singgah untuk membeli tahu sumedang.
Segi positifnya, tentu saja keberadaan tol itu akan mempercepat waktu tempuh ke Sumedang. Dengan begitu, bukan tidak mungkin pasar tahu sumedang justru semakin mengembang. Asalkan, "Kalau tol Cisumdawu jadi dibangun, pemerintah seharusnya mendirikan rest area di sekitar Sumedang, agar pengendara bisa mampir membeli tahu sumedang tanpa keluar tol," saran Suriadi, di generasi keempat Bungkeng.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News