Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi
Nama dan rasa tahu sumedang sudah terkenal seantero Indonesia. Buntutnya, jumlah pembuat kudapan ini di daerah asalnya, Sumedang terus bertambah. Kini, ada sekitar 300 produsen tahu sumedang di kabupaten yang terletak di Jawa Barat itu. Makin banyaknya pemain baru membuat omzet para pemain lama tergerus.
Jumlah produsen di sentra tahu sumedang di Sumedang, Jawa Barat terus bertambah. Pada 1978 silam, jumlah pembuat kudapan ini baru 20 orang. Tapi sekarang, jumlahnya membengkak menjadi sekitar 300 produsen. Ujung-ujungnya, omzet pemain lama di bisnis tersebut tergerus.
Dede Kartawijaya, produsen tahu sumedang dengan merek Sari Bumi yang sudah memulai usaha sejak 1978, mengatakan, dibandingkan dengan tahun 1995 hingga 1997 lalu, produksinya saat ini jauh menurun.
Kini, dalam sehari, Dede hanya memproduksi dua kuintal kedelai menjadi tahu sumedang. Pada tahun 1995-1997 lalu, ia bisa memproduksi tahu sumedang dari satu ton kedelai. "Semakin banyak produsen di Sumedang," ungkapnya yang memiliki pabrik tahu sumdesang di Desa Rancamulya, Sumedang Utara.
Dari dua kuintal kedelai, pabrik Dede bisa menghasilkan 16.000 tahu sumedang yang dijual ke konsumen seharga Rp 400 dan pedagang eceran Rp 200 per potong.
Walau pembeliannya dalam jumlah besar, Dede tidak bisa melulu menggantungkan penjualan kepada pedagang eceran. Soalnya, pedagang eceran yang datang, jumlah tidak tetap setiap hari. "Mereka bukan ambil dari saya saja. Yang lebih murah, pasti dikejar," tutur dia.
Dari semua penjualan itu, Dede mengantongi omzet sebesar Rp 20 juta per hari. Namun, di akhir pekan, pendapatannya melonjak dua kali lipat menjadi Rp 40 juta. "Apalagi kalau Lebaran tiba, omzet saya bisa naik tiga kali lipat," kata Dede.
Dengan omzet yang mencapai Rp 20 juta per hari, Dede bisa mendekap keuntungan bersih sekitar Rp 2 juta, atau Rp 60 juta sebulan di luar laba akhir pekan.
Dede yang merupakan generasi kedua dari Sari Bumi juga memproduksi stik tahu. Stik tahu menjadi produk baru keluaran Sari Bumi untuk memenuhi permintaan Indofood.
Sama seperti Dede, Suriadi Ukim, produsen tahu sumedang bermerek Bungkeng, juga menghabiskan dua kuintal kedelai sehari. Tapi, hanya menghasilkan sekitar 12.000 tahu sumedang saja. Pasalnya, potongan tahu sumedangnya lebih besar.
Suriadi kemudian memasarkan tahu sumedangnya di enam kios milik dia yang tersebar di Sumedang dan Bandung. Dari situ, ia mendapat penghasilan sebesar Rp 30 juta per hari dengan harga jual Rp 400 per potong. Hanya saja, "Keuntungan yang saya ambil 2% dari omzet," ujarnya.
Pendapatan Suriadi jauh lebih besar ketimbang Dede lantaran ia tidak menjual tahu sumedangnya kepada pedagang eceran. Tujuannya, untuk menjaga merek dan kualitas tahu sumedangnya.
Suriadi khawatir, pedagang eceran berbuat curang dengan mencampur tahu sumedang bikinannya dengan tahu sumedang buatan orang lain, tapi tetap mengatasnamakan merek Bungkeng. "Cara itu biasa digunakan pedagang eceran. Mereka mencampurnya dalam satu bungkusan," katanya.
Oeysi Siong, produsen tahu sumedang dengan merek Citarasa, masih mengandalkan penjualan tahu sumedang di kios tunggalnya. Saban hari, ia baru bisa menjual 5.000 potong. "Di akhir pekan naik dua kali lipat. Saya masih pemain baru jadi fokus ke satu kios ini saja dulu," ujarnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News