kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,26   0,83%
  • KOMPAS100 1.105   10,12   0,92%
  • LQ45 877   10,37   1,20%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 539   4,27   0,80%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 135   0,60   0,45%
  • IDXQ30 149   1,41   0,96%

Wahyu dirikan HelloMotion karena hobi dan peluang (2)


Rabu, 22 September 2010 / 11:06 WIB
Wahyu dirikan HelloMotion karena hobi dan peluang (2)


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Tri Adi

Saat usianya menginjak 30 tahun, Wahyu Aditya sudah memiliki sekolah animasi yang berkembang cukup pesat. Keberhasilannya itu didapat bukan dengan cara mudah, melainkan melalui kerja keras yang tanpa menyerah. Hobi menggambar komik sejak kecil dan pengalaman kerja membawanya untuk terus menekuni bisnis ini.

Bakat menggambar komik sudah diperlihatkan Wahyu Aditya sejak di bangku sekolah dasar. Komik buatannya ditunjukkan ke teman-teman sekolah dari meja ke meja. Selama di bangku sekolah dasar (SD), SMP, dan SMA, kegemaran tersebut masih terus berlanjut dan bahkan, semakin berkembang.

Ia mulai membuat gambar komik di buku-buku tulis dan buku pelajaran. Hanya, gambar-gambar komik tersebut belum memuaskan hatinya. Sebab, karakter komik tersebut tidak bisa bergerak.

Padahal, ia ingin bermacam karakter itu hidup dan bergerak-gerak. Nah, dia menyadari satu-satunya jalan agar gambarnya bisa bergerak, bersuara dan berinteraksi adalah dengan membuat animasi.

Keinginan tersebut membawanya ke Jurusan Multimedia di KvB Institute of Tech Sydney, Australia, selepas dari bangku SMA. Di sana, dia memperdalam ilmu animasi dari hobi menggambar. Saat kuliah tersebut, beberapa pekerjaan lepas dilakoninya, seperti sebagai comic artist.

Lepas dari bangku kuliah dan kembali ke tanah air, Waditya panggilan akrab Wahyu Aditya, bekerja sebagai creative director di sebuah perusahaan desain grafis di Malang. Di saat bersamaan, dia juga menjadi pegawai di sebuah stasiun televisi swasta di Jakarta.

Di saat itulah, Waditya yang kala itu masih berumur 24 tahun, memutuskan untuk keluar dari pekerjaan dan memulai bisnisnya sendiri. Ia mengaku tidak memiliki pertimbangan khusus saat memutuskan hengkang dari pekerjaaan sebagai creative desainer dan animator. "Mumpung masih muda, kenapa tak mencoba hal baru, seperti jadi pengusaha," kata pria berkacamata ini.

Ia merasa, waktunya sebagai karyawan dan pekerja lepas sudah berlalu. Apalagi menjadi pekerja sudah djalaninya sejak masih kuliah di Australia pada 1998. Ilmu yang diperoleh selama kuliah serta pengalaman bekerja menjadi modal kenekatannya untuk membangun usaha sendiri, yaitu sekolah animasi.

Dia mendirikan sekolah animasi dengan pertimbangan saat itu melihat karya-karya animasi produksi dalam negeri masih sangat jarang. "Saya menjadi gelisah," katanya. Dia memberanikan diri memulai usaha meski sama sekali tidak memiliki pengalaman berwirausaha.

Sekolah animasi yang diimpikannya terwujud pada 2004, sekolah itu dinamai HelloMotion. Modal sebesar Rp 400 juta diperolehnya dari pinjaman bank.

Modal sebesar itu digunakan untuk menyewa rumah dan membeli 15 set peralatan komputer. Sebagai pemain baru, Waditya menggunakan sistem pemasaran yang cukup dekat dengan dunia anak muda yaitu melalui internet. Sampai saat ini jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, blog, dan mailing list masih dipakainya sebagai media promosi.

Trik ini cukup berhasil. Kelas pertamanya diisi 40 siswa yang berkeinginan memperdalam kemampuan menggambar dan ilmu animasi. Saat itu biaya kursusnya sebesar Rp 3,8 juta untuk 20 kali pertemuan.

HelloMotion mendapat respon besar. Maklum, sebelumnya Waditya telah melakukan tes pasar melalui komunitas animasi online di Indonesia. Dari situ, ia mengetahui bentuk kursus dan materi yang diminati oleh masyarakat. Pengalamannya bekerja di stasiun televisi swasta juga membuatnya memahami kebutuhan yang diinginkan oleh industri animasi saat ini.

Meski begitu, Waditya mengaku kerap dipusingkan oleh urusan administrasi pemasaran, pembukuan, manajemen hingga urusan remeh temeh. Sebut saja urusan menyusun jadwal piket, pemberian uang makan, hingga sistem cuti hamil.

Stres sempat melanda dirinya di awal-awal menjalankan usaha. Untuk itu, Waditya harus membaca buku tentang manajemen usaha pada malam hari dan menerapkannya keesokan harinya. "Saya jadi sering ketiduran di kantor," ujarnya.

Tak sia-sia, semua kerja keras itu berbuah manis. Pada tahun pertama berdiri, HelloMotion sudah bisa meraup omzet hingga Rp 500 juta. Selain membuka kelas-kelas baru, Waditya juga kerap menerima proyek pembuatan animasi dari perusahaan lain.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×