kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yuk, beternak si meong jago kontes


Jumat, 29 Oktober 2010 / 09:43 WIB
Yuk, beternak si meong jago kontes
ILUSTRASI. Pabrik Aluminium PT Inalum


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi


Dalam beberapa tahun terakhir, intensitas penyelenggaraan kontes kucing kian marak. Selain mengadu kemolekan kucing ras, beragam kontes itu berhasil menumbuhkan minat orang untuk memelihara kucing sebagai hewan kesayangan. Tentu saja, ini berkah bagi cattery sebagai pembiak kucing.

Banyak orang makin tertarik memiliki binatang kesayangan. Tren ini bisa dilihat dari kian menjamurnya gerai petshop. Tak ketinggalan, tren ini juga menjadi berkah bagi pemilik cattery atau tempat penangkaran kucing.

Bermula dari rasa sayangnya kepada kucing, Betty Seiawaty, pemilik Tiffany Cattery, membuka usaha penangkaran kucing pada 1997. Padahal, "Awalnya saya tak berniat untuk menjual kucing," kata Betty, yang menyukai kucing jenis persia.

Penyelenggaraan berbagai kontes kucing ras pun makin membulatkan tekadnya untuk memasarkan kucing hasil penangkarannya. Sebab, acara kontes ini bisa menjadi ajang promosi kucing ras miliknya. Pada 2004, Betty menambah jenis kucing, seperti kucing australia. Beragam jenis kucing ras yang dipelihara ini makin mengembangkan bisnisnya.

Meski bisa menjual hingga 10 ekor kucing per bulan, dia mengaku, tak semua anak kucing yang baru lahir dijualnya. "Beberapa saya rawat sendiri," ujar Betty, yang memiliki 50 kucing berbagai ras.

Ia menjual kucing ini dengan harga yang bervariasi, tergantung jenis dan umurnya. Betty bilang, harga kucing akan sangat mahal bila sudah memasuki usia yang layak mengikuti kontes. "Apalagi jika kucing tersebut menang, harganya bisa berlipat hingga dua kali lipat," ujarnya.

Seekor kucing dibanderol dengan rentang harga Rp 5 juta hingga Rp 15 juta. "Untuk kucing-kucing koleksi, yang memang belum layak ikut kontes, harganya bisa di bawah Rp 5 juta," tutur Betty.

Alhasil, setiap bulan, Betty bisa mengantongi omzet hingga Rp 20 juta dari hasil jerih payah membiakkan binatang lucu nan menggemaskan ini.

Patokan harga kucing yang relatif mahal itu lantaran Betty harus mengeluarkan ongkos yang besar untuk merawat kucing-kucing itu. Asal tahu saja, biaya perawatan satu ekor kucing mencapai Rp 200.000 hingga Rp 300.000 dalam satu bulan. Biaya itu untuk membeli makanan, vitamin, dan bahan perawatan lainnya, seperti sampo dan nutrisi untuk menjaga keindahan bulu.

Berbeda dengan 10 tahun lalu, kini bisnis penangkaran kucing menyimpan potensi cukup besar. Maklum, banyak orang yang menggunakan kucing sebagai hadiah kepada orang tersayangnya di saat momen-momen istimewa.

Susi Djohan, pemilik Quincy Cattery pun mengamininya. Ia yang memulai usaha penangkaran kucing sejak 2005, mengatakan, bisnis penangkaran kucing berprospek cerah. "Asal, mereka sabar dan telaten merawat hewan peliharaan ini," ujar Susi.

Dalam sebulan, dia mendapatkan pesanan 10 ekor kucing. Ia membanderol kucingnya dengan harga Rp 5 juta untuk kucing yang termasuk dalam kriteria kontes.

Sedangkan harga jual kucing-kucing yang bukan kualitas kontes sebesar Rp 2,5 juta per ekor. Dari usaha ini, setiap bulan Susi mampu meraup omzet Rp 10 juta.

Kontes-kontes kucing yang makin sering digelar juga menumbuhkan minat masyarakat menyayangi binatang ini. "Banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai pecinta kucing," kata Susi.

Inilah pasar potensial untuk mendapatkan untung besar. Saat ini, Susi hanya fokus mengembangkan kucing jenis American curl. Bahkan, dia mengklaim, sebagai pihak yang pertama kali mengembangkannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×