kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45929,30   1,66   0.18%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis gerabah yang bikin usaha tetap indah


Selasa, 19 Oktober 2010 / 11:17 WIB
Bisnis gerabah yang bikin usaha tetap indah
ILUSTRASI. ilustrasi menara BTS


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi

Berbagai produk kerajinan Indonesia sudah terkenal di luar negeri. Salah satunya gerabah hasil produksi CV Tanteri. Produk asal Bali ini sudah menghiasi banyak tempat spa, restoran atau hotel baik di dalam maupun luar negeri. Meski laku keras, tekanan biaya produksi melemahkan daya saingnya.

Sudah banyak produk gerabah Indonesia dikenal yang di kenal masyarakat dunia. Salah satu produsen gerabah yang sudah merambah pasar ekspor adalah CV Tanteri di Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali.

Usaha yang berdiri sejak tahun 1987 dan mulai melakukan ekspor tahun 1996 ini memproduksi berbagai perlengkapan berbahan gerabah. Seperti, tempat minum teh atau tea set, dinner set, bathroom set, serta perlengkapan restoran.

Desainnya yang menarik dan artistik membuat gerabah produk CV Tanteri juga berfungsi sebagai barang dekoratif. Berbagai motif menarik seperti daun, bunga, dan hewan (capung, kadal, bebek, gajah) dibuat. Kesan klasik dan tradisional berpadu dengan warna-warna alam, terutama hijau.

Kadek Winantri, pengelola CV Tanteri, mengatakan selama ini 70% produk Tanteri's Ceramics diekspor ke luar negeri dan 30% untuk pasar lokal. Pasar ekspor terbesar di Jepang dan Amerika Serikat dan Prancis.Di pasar lokal, konsumen Tanteri adalah hotel, restoran, dan rumah spa. "Hampir semua penjualan merupakan order," ucap dia.

Berbeda dengan produsen gerabah lainnya, yaitu Citra Lombok Keramik. Usaha yang sudah berdiri sejak tahun 1995 ini lebih fokus menggarap pasar lokal yang dinilai lebih menjanjikan. "Kriteria untuk ekspor biasanya cukup sulit," kata Mirah, pemilik Citra Lombok.

Dia bilang, Citra Lombok pernah menn. Namun, order karena tidak terus-menerus, Mirah fokus menyasar konsumen kelas hotel, galeri atau toko-toko.

Harga gerabah buatannya bervariasi. Misalnya, harga satu set cangkir Rp 30.000. Adapun harga jual piring ukuran 30 centimeter senilai Rp 35.000.

Seperti halnya Mirah, proses produksi gerabah Tanteri tidak 100% menggunakan tangan. Sentuhan tangan masih dibutuhkan untuk pengerjaan detail seperti sisik ikan dan tulang daun. Namun, Winantri dan Mirah menjamin, walau banyak menggunakan mesin, gerabah buatannya bebas dari zat berbahaya. Sehingga aman untuk makanan.

Setiap bulan, Tanteri memproduksi berbagai bentuk gerabah dengan jumlah 10.000 hingga 12.000 unit. Gerabah itu dijual dengan harga mulai Rp 10.000 hingga Rp 200.000 per unit. "Setiap bulan omzet saya bisa mencapai antara Rp 100 juta hingga Rp 150 juta," kata Winantri.

Dia menambahkan, sampai saat ini permintaan ekspor tidak mengalami penurunan. Meski begitu, lanjut dia, harga produk gerabah buatannya masih lebih mahal dibandingkan dengan gerabah asal China. "Biaya produksinya besar," imbuhnya.

Winantri mencontohkan, harga elpiji sebagai bahan pembakaran gerabah sudah naik dua kali dalam tahun ini. Meski terjepit oleh keadaan saat ini, pihaknya tidak bisa menaikkan harga jual produknya begitu saja. Jalan keluar yang diambil adalah memangkas keuntungan.






Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×