Sumber: Kontan 10/11/2012 | Editor: Havid Vebri
Menu ayam merupakan menu makanan yang biasa dijumpai di banyak tempat. Selain ayam goreng, yang cukup favorit dari menu ayam adalah ayam bakar. Lihat saja, cukup banyak warung makan dan restoran yang menyajikan menu ini.
Namun, jika diolah menggunakan bumbu yang tepat, ayam bakar bisa menjadi menu utama. Lihat saja, sejumlah usaha kuliner mengusung ayam bakar sebagai sajian unggulan, tentu dengan menawarkan bumbu khas masing-masing.
Entah itu mereka menggunakan bumbu pedas manis, bumbu rendang, atau bumbu unggulan lain. KONTAN akan mengulas kembali perkembangan tiga usaha kemitraan ayam bakar yang sebelumnya pernah dimuat, yakni Ayam Bakar Mas Mono, Ayam Bahagia dan Ayam Pakuan.
Dari tiga pemain bisnis ayam bakar ini, dua di antaranya masih mampu berkembang dengan memperbanyak jumlah mitra. Satu lainnya tidak mampu bertahan. Berikut ini ulasan perkembangan ketiga usaha ini:
Ayam Bakar Mas Mono
Pada Agustus 2010 lalu, KONTAN sudah mengulas tawaran waralaba Ayam Bakar Mas Mono yang bermarkas di Jalan Raya Tebet, Jakarta Selatan. Kala itu, Ayam Bakar Mas Mono yang berdiri sejak 2001 ini sudah memiliki 10 gerai milik sendiri.
Selain itu, ada lima gerai waralaba milik mitranya yang tersebar di Depok, Cibubur, Ciledug, Ciputat, dan jalan Fatmawati. Setelah dua tahun berjalan, usaha ayam bakar yang mengandalkan menu ayam bakar rasa pedas dan manis ini telah memiliki 31 gerai milik mitra.
Sementara gerai milik sendiri tetap 10. Jadi, total jumlah cabang Ayam Bakar Mas Mono saat ini sebanyak 41 gerai. "Masih banyak lagi calon mitra yang siap membuka cabang, pada bulan ini saja, kemungkinan ada empat yang siap membuka cabang baru," ujar Aang Kurniawan, Pengelola Ayam Bakar Mas Mono.
Sampai saat ini, Ayam Bakar Mas Mono masih mengandalkan menu utama ayam bakar dengan harga Rp 15.000 per porsi, selain menjual menu tambahan seperti minuman dan aneka makanan lain.
Menurut Aang, salah satu kunci sukses pengembangan usaha waralaba Ayam Bakar Mas Mono terletak pada kualitas produk dan layanan.
Aan bilang, bumbu yang mereka gunakan memang berbeda dengan usaha ayam bakar lainnya.
Selain itu, pihaknya juga menyediakan pelayanan tambahan seperti layanan antar (delivery). Setiap pelanggan bisa memesan lewat telepon, dan belanjaan bisa diantar ke rumah.
Dari sisi harga, ayam bakar yang dijual gerai ini masih tergolong terjangkau. Dengan tetap mempertahankan kualitas produk, Aang bilang, Ayam Bakar Mas Mono bahkan sudah membuka cabang sampai ke Malaysia.
Biaya investasi untuk menjadi mitra usaha Ayam Bakar Mas Mono berubah dibandingkan dua tahun silam. Sebelumnya, Ayam Bakar Mas Mono hanya menawarkan satu paket kemitraan senilai Rp 500 juta. Namun saat ini, ada dua paket kemitraan, yakni senilai Rp 500 juta dan paket Rp 380 juta.
"Perubahan itu dilakukan untuk memberi kesempatan pada mitra yang modalnya tidak terlalu besar tapi tetap ingin membuka usaha," papar Aang.
Nilai investasi itu sudah termasuk biaya kontrak penggunaan sistem dan merek Ayam Bakar Mas Mono selama lima tahun. Selain itu, mitra juga akan mendapat pelatihan dan survei lokasi, sistem komputerisasi, interior dan eksterior gerai, paket promosi, perlengkapan outlet, biaya kontrol kualitas, dan perawatan gerai.
Ayam Bahagia
Ayam Bahagia telah berdiri sejak tahun 2010 dan mulai menawarkan kemitraan sejak Februari tahun ini. Gerai ini menawarkan sajian utama ayam bakar dengan bumbu rendang.
Sang pemilik, Ikmal Satya mengklaim, ayam bakar rendang buatan Ayam Bahagia menggunakan resep turun temurun yang telah dikembangkan keluarga di Padang, Sumatera Barat.
Saat KONTAN mengulas penawaran kemitraan usaha pada Mei tahun ini, Ayam Bahagia baru memiliki dua gerai milik sendiri dan belum memiliki mitra. "Saat ini, kami sudah memiliki dua mitra baru yang berlokasi di Jakarta," tutur Sidik Rizal, staf pemasaran Ayam Bahagia.
Lokasi kedua gerai baru tersebut berada di Jakarta dan Bekasi. Perkembangan Ayam Bahagia memang belum terlalu cepat. Maklum, penawaran kemitraan belum lama dibuka.
Menurut Sidik, hingga kini, Ayam Bahagia masih menawarkan kemitraan dengan harga paket yang sama dengan sebelumnya. Hanya ada satu paket kemitraan yang ditawarkan, yakni dengan investasi sebesar Rp 80 juta. Paket tersebut mengusung konsep mini restoran.
Dengan biaya tersebut, mitra akan memperoleh peralatan masak, bahan baku awal, dan join fee selama dua tahun. Mitra juga akan dikenakan membership fee yang berlaku jika mitra bisa menjual rata-rata 100 potong per hari atau 3.000 potong ayam per bulan.
Jika sudah mencapai target penjualan tersebut, mitra dikenakan biaya member sebesar Rp 300.000 per bulan. Pengelola Ayam Bahagia memang menargetkan mitra paling tidak bisa menjual minimal 2.400 potong ayam bakar per bulan.
Dengan begitu, omzet yang bisa dicapai sekitar Rp 45 juta per bulan. Ayam bakar bumbu rendang di gerai ini dijual seharga Rp 17.000 per porsi, sudah termasuk nasi dan lalapan.
Selain ayam bakar rendang, ada pula menu ayam goreng kremes dan ayam goreng cabe hijau seharga Rp 15.000 per porsi. Ayam Bahagia menyediakan tiga pilihan sambal, yakni sambal hijau, sambal merah, dan sambal terasi.
Selain mengunggulkan bumbu rendangnya, usaha ini juga mengunggulkan bobot ayam yang disajikan lebih besar dari sajian usaha serupa pada umumnya. Bobot satu potong ayam bakar rendang bisa mencapai 9 ons.
Ayam Pakuan
Ayam Pakuan merupakan usaha kemitraan dari Bogor, Jawa Barat, yang menawarkan menu utama ayam bakar dan ayam goreng. Awalnya, Kusnadi Ihwani, pemilik usaha ini, bekerja sebagai konsultan di bidang jasa sejak tahun 1995 sampai 2002.
Pria asal Sragen ini sering menangani klien, antara lain Bappenas, Freeport, Kementerian Dalam negeri, dan Kementerian Pekerjaan Umum. Meskipun memperoleh penghasilan rutin cukup lumayan, jiwa dagang Kusnadi tetap bergolak.
Ia lantas memutuskan banting setir menjadi wirausaha. Pada 2006, ia memulai kariernya sebagai pengusaha makanan dengan membuka restoran ayam bakar. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan Ayam Pakuan pada April 2011 silam, Kusnadi mengaku sudah memiliki 18 mitra.
Akan tetapi, tahun ini, Ayam Pakuan sudah membubarkan usahanya. "Saya tidak bisa menjelaskan secara detail penyebabnya. Tetapi, usaha ini bubar terutama karena masalah internal," ujar Kusnadi.
Ia menambahkan, ada perbedaan visi dan misi antara staf. Alhasil, lantaran tak ada titik temu, keputusan terakhir adalah usaha dibubarkan. Semua bekas mitra kini tidak lagi memakai nama usaha Ayam Pakuan.
Sekedar mengingatkan, tahun lalu, Ayam Pakuan menawarkan satu paket kemitraan, yakni paket mini restoran dengan biaya investasi sebesar Rp 40 juta. Dari biaya investasi itu, mitra mendapatkan hak penggunaan nama selama tiga tahun dan pelatihan.
Menurut estimasi hitungan bisnis, mitra Ayam Pakuan bisa memeroleh omzet dengan kisaran Rp 2,5 juta sampai Rp 6 juta per hari. Alhasil, dengan perolehan omzet sebesar itu, mitra bisa mengembalikan modal awal dalam jangka waktu tiga bulan.
Di luar investasi di awal usaha, mitra juga harus membayar biaya royalti sebesar 3% dari total omzet tiap bulan. Paket mini resto ini memberi kriteria ukuran luas ruangan yang bisa menampung 25 pengunjung atau minimal berukuran 4 meter x 10 meter.
Banderol harga sajian Ayam Pakuan ini dulunya dipatok mulai Rp 11.000 sampai Rp 14.000 per porsi. Sebenarnya, dari sisi kualitas produksi, Ayam Pakuan tidak kalah bagus. Pemilihan bahan baku ayam yang higienis menjadi keunggulan Ayam Pakuan.
Kusnadi menerapkan spesifikasi khusus untuk bahan baku ayam potong yang digunakan, seperti kondisi dan berat ayam. Mitra memang tak mendapat pasokan ayam segar dari pusat. Mereka harus berbelanja sendiri, sesuai kriteria yang ditetapkan Kusnadi. Tapi, mitra harus membeli bumbu dari pusat untuk menjaga cita rasa ayam bakar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News