kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengantongi profit dari pembuatan sofa beanbag


Senin, 02 Februari 2015 / 14:18 WIB
Mengantongi profit dari pembuatan sofa beanbag
ILUSTRASI. Paris Baguette memperkenalkan menu baru melalui K-Spicy Ppang Fair, yakni 5 varian 'Ppang' atau roti yang terinspirasi jajanan populer Korea.


Reporter: J. Ani Kristanti, Pradita Devis Dukarno | Editor: Tri Adi

Ruang-ruang interior sebuah hunian yang semakin terbatas menuntut pemilihan furnitur yang tepat. Perabot yang praktis dan efisien pun menjadi pilihan untuk mengisi ruangan. Tentu, kenyamanan tetap menjadi pertimbangan dalam memilih.

Salah satu perabot yang sedang populer sebagai solusi pengisi ruang mungil adalah beanbag. Ini adalah sejenis sofa tanpa rangka yang bisa diduduki secara fleksibel mengikuti lekuk tubuh penggunanya. Bentuknya mirip kantong besar yang berisi butiran styrofoam.

Selain faktor kenyamanan, sofa kantong ini diminati lantaran praktis. Sofa ini ringan, sehingga dengan mudah bisa dipindahkan. Beanbag juga mampu menghadirkan suasan santai di dalam rumah.

Pengalaman memakai sofa kantong saat tinggal di rumah kos, membawa inspirasi bagi Victor Kusmuljadi memulai bisnis Skona Beanbag pada 2009. “Saat mahasiswa, kami selalu mencari furnitur yang gampang dipindahkan karena sering pindah kos,” kenang dia.

Kini, dia mempekerjakan 10 karyawan untuk membuat beanbag di workshop-nya yang berada di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Jika permintaan sedang ramai, Skona bisa membuat hingga 100 sofa kantong saban bulannya. “Kalau sedang sepi, hanya setengahnya saja,” tutur Victor.

Ada lebih dari 20 model beanbag yang ditawarkan Skona. Sebut saja, model banana boat, boomerang, bumper, classic, coffe table, funbag, crown dan kid’s. Banderol harganya mulai dari Rp 350.000-Rp 1,4 juta per unit.

Pemain lain yang juga menggeluti usaha pembuatan sofa kantong adalah Gary Sangitan. Sejatinya, dia sudah merintis usaha pembuatan beanbag sejak 2009 silam, namun baru pada 2012 Gary menambahkan melabeli merek Bottom Dock pada produknya.

Lulusan Universitas Atmajaya Jakarta ini melihat peluang untuk memproduksi kursi modern ini setelah melihat produk serupa di luar negeri. “Waktu itu, pengen beli, tapi harganya mahal banget,” ujar dia. Karena sang ayah memiliki usaha garmen, akhirnya Gary membikin sendiri sofa karung itu.

Dia pun mengintip adanya peluang di bisnis ini karena barang sejenis belum banyak dibuat di sini. Gary yang memang berniat menjadi wirausahawan sejak lulus kuliah ini pun segera menyambar peluang ini.

Awalnya, pria 25 tahun ini menawarkan produknya ke kerabat terdekat. Lantas, dia menawarkan produknya melalui situs jejaring sosial dan memproduksi beanbag berdasarkan pesanan pembeli.

Meski baru mematangkan konsep bisnisnya dua tahun lalu, penjualan Bottom Dock terus meningkat. Kini, kapasitas produksi studio Gary bisa mencapai 200 beanbag per bulan. Namun, jika dirata-rata, penjualan berkisar 50 unit per bulan.

Bottom Dock memiliki 13 model beanbag, yang bisa digunakan mulai anak-anak hingga orang dewasa. Namun, dari semua model itu, Gary bilang, yang banyak dipesan adalah model classic sdult yang memiliki bentuk seperti buah pir.

Model ini bisa dipakai untuk tiga posisi mulai duduk, tiduran hingga rebahan. “Hampir 60% dari total penjualan kami adalah classic sdult,” kata Gary yang menjual produknya dengan harga berkisar Rp 375.000 hingga Rp 3,3 juta per sofa.

Dalam sebulan, Gary bilang bisa mengumpulkan omzet mulai Rp 30 juta hingga Rp 40 juta.  Sementara, Victor mengatakan, margin yang bisa diperoleh dari usaha ini sebesar 30%.

Anda tertarik membuat sofa bak karung ini?


Sesuai denganukuran tubuh

Victor melihat prospek bisnis beanbag masih besar seiring dengan kehadiran rumah tapak yang berukuran mungil serta apartemen yang bentuknya ringkas. “Di masa kini, luas ruangan sangat berharga. Di sinilah, beanbag bisa menjadi tambahan furnitur untuk keluarga, karena mudah dipindah-pindah dan ringan,” terang dia.

Demikian pula, Bottom Dock yang melayani pesanan dengan permintaan khusus juga yakin peluang beanbag masih sangat terbuka. “Karena untuk custom ini punya pasar tersendiri,” ujar Gary yang juga banyak menggarap pesanan dari perkantoran, hotel dan resto.

Untuk terjun ke bisnis pembuatan beanbag, yang paling penting adalah mengutamakan kenyamanan pengguna kursi. Selain dari bentuk dan bahan baku, sofa yang nyaman juga harus disesuaikan dengan ukuran tubuh penggunanya atau sesuai dengan ergonomi tubuh.

Gary menyebut, desain Bottom Dock terbatas pada 13 model, lantaran menimbang ergonomi si pengguna. “Jadi, kami tetap mementingkan ukuran tubuh orang Asia yang rata-rata memiliki tinggi 170 cm-175 cm,” jelas dia.

Selain itu, untuk menciptakan kenyamanan, Gary juga selalu menggunakan material bahan sofa yang baik. Dia membuat beanbag dalam dua lapis. Pelapis luar berfungsi sebagai penutup atau sarung beanbag.

Adapun pelapis dalam menjadi pembungkus dari pengisi sofa yakni styrofoam. “Jadi, kalau cover kotor bisa dilepas tanpa harus pusing isinya bakal terbang ke mana-mana,” terang Gary. Bahan kain untuk lapisan dalam juga tidak mudah sobek kecuali terkena goresan benda tajam.

Ada beberapa pilihan kain yang bisa dipakai untuk pelapis luar sofa. Jenis kain yang bisa digunakan adalah kanvas, velboa, beludru, korduroi hingga rajutan. Adapun untuk pelapis dalam bisa digunakan spandex nylon yang lentur, hingga bentuk sofa bisa gampang menyesuaikan dengan bentuk tubuh orang yang mendudukinya.

Anda bisa berbelanja kain-kain ini ke sejumlah sentra kain di Jakarta. Gary banyak menggunakan bahan kain lokal dalam membuat beanbag.

Selain kain, pasir styrofoam pengisi beanbag juga terdiri dari beberapa ukuran. Gary bilang, Bottom Dock banyak memakai butiran styrofoam yang kecil untuk mempertahankan bentuk beanbag. Sebab semakin besar butirannya, sofa akan makin cepat kempes. “Jika pakai yang kecil-kecil jatuhnya memang menjadi lebih mahal. Tapi akan menjaga kualitas karena lebih tahan lama,” kata Gary.

Kebutuhan butiran styrofoam dalam setiap beanbag sangat tergantung dari bentuk dan ukurannya. Sofa ukuran kecil atau sedang membutuhkan sekitar 1 kg-1,5 kg butiran styrofoam. Adapun untuk ukuran besar bisa berkisar 2 kg-3 kg styrofoam. Pasir styrofoam ini juga mudah diperoleh dari para pemasoknya. Gary pun berpesan, sebaiknya membeli dari pemasok besar untuk memastikan ketersediaan stok barang.

Pembuatan sofa ini membutuhkan waktu hingga lima hari. Salah satu tantangan dalam pembuatan sofa ini adalah mendapat penjahit yang tepat, supaya bisa dihasilkan jahitan yang rapi dan kuat.

Victor menaksir, untuk memulai usaha ini modal yang dibutuhkan berkisar Rp 300 juta. Dana itu untuk membeli mesin dan bahan baku.

Selain usaha memproduksi beanbag, peluang yang masih terbuka adalah untuk penyewaan beanbag sekaligus jasa reparasi sofa itu. “Rencananya tahun depan, kami menjalankan dua bisnis tambahan itu,” kata Gary.

Berniat membuat sofa ini?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×