Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi
Happy Valentine day. Merayakan Valentine sambil naik perahu kayaknya asyik juga. Bukan apa-apa, itu karena di mana-mana ada genangan air. Banjir. Lagi pula jarang-jarang lo ada kesempatan seperti ini. Ayo kita dayung, wuss.
Tapi, bukanlah Valentine bila tidak ada cokelat. Jangan khawatir, Kontan.co.id pekan ini juga punya menu cokelat. Silakan pilih, ada cokelat berbentuk love, hello kitty, teddy bear, bunga, hingga puzzle. Yang berbaik hati menyediakan menu ini adalah De Choux Choco. Itu lo usaha yang dijalankan Vania Aprilia Effendy di Surabaya sejak Valentine 2014. Selain bentuknya menarik, cokelat De Choux Choco rasanya juga enak. Kalau tertarik menjadi reseller, Vania mempersilakan. Khusus untuk reseller, Vania memberi potongan harga Rp 5.000 per item. Ketika ditanya omzet, Vania malah tertawa. Paham kok, soalnya kalau pas Valentine seperti ini omzetnya bisa melesat menjadi Rp 6 juta. Padahal, di bulan-bulan biasa hanya Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta.
Ayo dayung lagi, tapi dilap dulu dong. Mulutnya penuh cokelat tuh. Eit, pagi-pagi seperti ini memang bawaannya pengin makan melulu. Ini juga bagi Kontan.co.id bukan masalah. Sudah tersaji kok, takoyaki, batagor, dan rujak.
Kita cicipi dulu takoyaki yang diberi merek Keikotako. Hem, rasanya lebih empuk dibandingkan dengan takoyaki lain. Kata Dani Chika, si pemilik usaha, itu karena takoyakinya dibuat menggunakan ikan segar. Kalau punya duit Rp 15 juta, Dani mempersilakan untuk ikut berinvestasi. Dengan duit segitu, Keikotako akan memberikan satu unit booth, perlengkapan memasak, promosi, bahan baku untuk 150 porsi, pelatihan, dan lainnya. Dengan harga Rp 11.000 hingga Rp 15.000 per porsi, Dani menargetkan omzet mitra dalam sehari sekitar Rp 450.000 atau Rp 13,5 juta per bulan. Asumsinya, mitra bisa menjual sekitar 20 porsi–50 porsi per hari.
Pengin mencicipi batagor. Silakan. Batagornya bermerek Batagor Hanimun. Usaha batagor ini didirikan pada 2007 oleh Angga Januar di Bandung. Rp 20 juta adalah paket investasi yang ditawarkan dengan haga jual per porsi Rp 18.000. Selain batagor, Batagor Hanimun juga menawarkan menu baru, yaitu siomay cheese roll. Eh, kok ada batagor lain, yaitu Batagor Pelangi milik Didit Jakso Tranggono. Pria asal Depok ini memulai usaha sejak 2012. Paket investasi kemitraannya Rp 5 juta dan Rp 6 juta.
Mulut kalau sudah mengunyah rasanya tidak mau berhenti. Pengin makan rujak juga nih. Ya, makan sana. Sudah tersedia Rujak Teng Teng, usaha rujak yang dijalankan Fina sejak 2012 di Malang. Rujak Teng Teng ini dikemas dalam kemasan yang menarik, sehingga mudah dibawa sebagai oleh-oleh. Untuk menjadi distributor, Fina mengenakan biaya investasi Rp 5 juta sampai Rp 6 juta. Untuk menjadi agen penjual atau reseller bisa tukar dengan Rp 500.000. Dari jumlah tersebut, mitra akan mendapatkan produk rujak siap jual kepada konsumen. Untuk distributor akan mendapatkan 500 kotak rujak, dan agen penjual akan mendapat 50 kotak rujak siap jual.
Sehabis makan lebih baik minum dulu. Untung di perahu ada air mineral segalon. Melihat galon, kok, jadi teringat bahwa tutup galon menuai banyak permintaan, apalagi sejak air minum isi ulang menjamur. Lihat saja, satu agen air isi ulang saja bisa memesan hingga 300.000 tutup galon. Itu paling tidak yang dikatakan Amelia Maran, pemilik pabrik Tutup Galon Jakarta. Amelia memiliki tiga pabrik sekarang. Dari tiga pabrik tersebut, dia memproduksi lebih dari 10 juta tutup galon saban bulan. Tutup galon dijual Rp 75.000 per 1.000 tutup. Hanya investasinya benar-benar besar, Rp 30 miliar.
Plak, plak! tangan terpaksa menepuk ke pipi, bukan menampar melainkan mengusir nyamuk. Eit, kalau begitu kita aktifkan Falle, si alat penjebak nyamuk. Yang membuat alat ini adalah Andy Suryansah. Falle mengandalkan sinar ultraviolet dan gelombang elektromagnetik yang menyerupai suara nyamuk jantan, untuk mengundang nyamuk betina datang. Saban bulannya Andy bisa menjual 250 unit–300 unit alat pembunuh nyamuk yang menggunakan listrik itu. Padahal, harga alat ini Rp 300.000 sampai Rp 500.000. Kebayang dong berapa omzet si Andy ini.
Nyamuk lewat, tapi kok tangan sejak tadi seperti disentuh jemari air yang lembut. Bakal hujan. Jangan takut, tidak usah menepi. Tetap dayung terus karena Kontan.co.id punya payung. Memang sih payung hias, tapi lumayan untuk menepis gerimis nan lembut seperti sekarang. Payung ini berasal dari sentra payung hias di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di sana ada tiga desa yang memproduksi payung hias dari bambu, yaitu Desa Kewarasan, Desa Tanjung, dan Desa Kaniban.
Samsuri adalah salah satu perajin di sana. Sejak berusia 15 tahun, Samsuri sudah membuat payung hias. Usaha ini juga menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya. Dibantu oleh anak dan menantunya, dalam sebulan ia bisa menghasilkan lebih dari 200 payung hias berbagai ukuran. Payung Samsuri lebih ditujukan untuk payung keraton, payung hias untuk menari, dan untuk pernikahan. Payung hias bikinannya dibanderol Rp 35.000—Rp 120.000 per buah. Dengan rata-rata produksi 200-300 payung per bulan, omzet yang dikantongi Samsuri mencapai Rp 15 juta per bulan.
Duk! perahu menabrak sesuatu. Wah, ini seperti pertanda bahwa kita harus menepi. Kita harus bergegas menemui orang-orang yang kita kasihi untuk berbagi kasih sayang dengan mereka. Setuju kan kalau kita bubar sekarang.
Happy Valentine day. Sampaikan salam hangat kami untuk orang-orang yang Anda kasihi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News